Alwan Ciptakan Tangan Bionik untuk Penyandang Disabilitas

Alwan Ciptakan Tangan Bionik untuk Penyandang Disabilitas

Jakarta, Ditjen Diksi – Kehadiran teknologi dalam setiap aktivitas merupakan bukti nyata bahwa perkembangan zaman akan selalu dibarengi dengan kebutuhan di bidang ini. Alhasil, hal tersebut memberikan dampak kepada kompetensi yang dibutuhkan oleh industri dan dunia kerja di masa depan. Seperti bidang robotic yang kini mulai ditekuni oleh generasi milenial masa kini. Kemampuan merakit dan menciptakan alat yang ditekuni dalam bidang robotic kini menjadi fokus tersendiri bagi industri maupun lembaga pendidikan. 

Indonesia sendiri dengan generasi mudanya ternyata memiliki banyak jawara bidang robotic dalam tingkat nasional maupun internasional. Salah satunya adalah Alwan Hanif Ramadhan, siswa SMK Negeri 2 Kota Tasikmalaya, yang telah meraih berbagai penghargaan melalui tangan bionik ciptaannya. Karya yang masih berbentuk purwarupa ini memiliki tingkat kecanggihan yang sama dengan buatan pabrikan, tetapi berhasil dikemas oleh Alwan dengan harga yang lebih terjangkau. Tangan bionik yang juga memiliki nama Affordable Smart Prosthetic Arm ini mendapatkan penghargaan di Young Inventor Award 2019, International Exhibition for Young Investor 2019 di Taiwan, dan ASEAN Grass Roots Innovation di Filipina. 

Terinspirasi dari penyandang disabilitas yang kesulitan mencari alat bantu karena harganya yang di luar jangkauan, Alwan dibantu dengan guru dan orang tuanya menciptakan tangan bionik yang dilengkapi dengan sensor tekanan atau force sensing resistor (FSR) dengan otak Arduino nano yang bisa diletakan di bagian tubuh manapun. Dengan biaya produksi yang hanya menghabiskan sekitar Rp500 ribu, Alwan berhasil membawa karyanya ke berbagai ajang kompetisi nasional dan internasional.

Sepanjang perjalanan dalam mengikuti berbagai kompetisi tingkat nasional maupun internasional, kisah Alwan, yang paling berkesan adalah kesempatan untuk menjalin hubungan atau networking. Menurutnya, kompetisi hanyalah sebuah wadah yang kemudian menghubungkannya dengan banyak orang hebat dari berbagai penjuru dunia. “Jadi, saya bertemu teman-teman, kenal orang-orang baru dan hebat dari luar negeri. Bagi saya, networking membuka jaringan komunikasi,” paparnya. 

Selain itu, remaja yang kini masih menginjak usia 16 tahun ini juga kerap tergabung dalam berbagai komunitas sains di Indonesia. Alwan sendiri tercatat sebagai pemimpin komunitas Indonesia Young Creative Association, yang beranggotakan pemuda Jawa Barat yang memiliki potensi dan bakat di bidang sains. Alwan pun berharap bisa membentuk program lanjutan untuk semakin mengenalkan karya-karya generasi milenial dalam bidang robotic. “Jadi, komunitas ini, bisa nge-share karya-karya mereka yang hebat. Setiap bulan bisa disortir karya mana yang fenomenal, kemudian memberikan kesempatan kepada mereka untuk presentasi. Nantinya, karya terbaik bisa di-post di media sosial sehingga bisa mendapat pengakuan dari masyarakat,” jelasnya.

Ditambah lagi, keinginan Alwan untuk menggerakkan komunitas sehingga mau berkarya juga didasari oleh kesadarannya akan potensi generasi muda terhadap dunia robotic sangatlah besar. Namun, “Banyak sekali yang punya potensi di robotic, tapi paling banyak itu masalahnya di finansial dan orang tua yang kurang memberikan support,” ungkapnya.

Oleh karena itu, dalam hal memaksimalkan bakat dan potensi generasi muda, Alwan sangat mendukung agar mereka tidak lagi ragu memilih Sekolah Menegah Kejuruan (SMK) sebagai salah satu jenjang pendidikan yang akan memfasilitasi perkembangan skill dan potensi yang dimiliki. “SMK itu punya speciality-nya sendiri karena siswa bisa mengikuti passion-nya. Jadi, skill-nya bisa diasah lagi sehingga ketika keluar SMK sudah tahu mau jadi apa, kerja di mana,” terangnya.

Alwan pun berharap, akan semakin banyak generasi muda yang tidak takut untuk berkarya di bidang robotic untuk membantu berbagai persoalan dalam kehidupan sehari-hari. “Di hidup itu kita diberikan pilihan, dan itu adalah sebuah mukjizat. Mumpung masih muda, kenapa tidak kita habiskan saja jatah kegagalan kita. Jadi, kalau kita milih salah itu tidak apa-apa karena bisa dibenarkan lagi,” pungkasnya. (Diksi/TM/AP)