Audiensi Kemenhub dan Ditjen Diksi untuk Vokasi Lebih Baik

Audiensi Kemenhub dan Ditjen Diksi untuk Vokasi Lebih Baik

Jakarta, Ditjen Diksi - Mewujudkan pendidikan vokasi yang kuat memang membutuhkan kerja keras dengan dukungan berbagai pihak. Alhasil, kondisi pendidikan vokasi yang belum seutuhnya baik menjadi tantangan sendiri bagi Kemendikbud, khususnya Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi. Hal tersebut disampaikan oleh Wikan Sakarinto selaku Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi saat menerima audiensi dari Kementerian Perhubungan yang dihadiri oleh Kabadan Perhubungan Sugihardjo, Kapus Perhubungan Darat Baitul Ihwan, Kapus Perhubungan Laut Sahattua, Kapus Perhubungan Udara Moh Alwi, dan Direktur PIP Semarang Mashudi Rofik pada jumat (28/08).

Wikan pun mengungkapkan keresahannya pada pendidikan vokasi di Indonesia yang masih membutuhkan banyak sentuhan dari pemerintah, industri, dan masyarakatnya. “SMK itu ada 14.000. Menurut data, SMK yang bagus itu kurang dari 20 persen, dan 50 persennya itu masih agak bagus. Adapun sisanya masih dianggap kontributor pengangguran tertinggi di Indonesia. Ini sangat sadis sekali, karena itu penghakiman yang benar-benar mematikan,” ungkapnya. 

Hal ini juga yang mendasari digalakkannya kembali program “link and match” agar dapat dilakukan lebih banyak dan efektif oleh masing-masing lembaga pendidikan vokasi dan dunia industri. “Jangan sampai menikah dengan hanya satu industri, karena nanti kalau gagal di industri yang satu akan ke mana,” ujarnya. 

Duduk bersama dengan Kementerian Perhubungan kali ini bertujuan untuk merumuskan kembali permasalahan dan solusi untuk pendidikan vokasi yang lebih baik ke depannya. “Semoga kita bisa menciptakan legacy untuk Indonesia dengan masa depan vokasi yang lebih baik,” tutur Wikan. 

Pada kesempatan tersebut, Sugihardjo menjelaskan perkembangan lembaga pendidikan trasnportasi udara, darat, dan laut dalam beberapa tahun terakhir. Menurutnya, pendidikan transportasi di Indonesia tentunya sudah melakukan praktik “link and match” sesuai dengan harapan pemerintah pada institusi pendidikan tinggi di Indonesia. Namun, yang kini diharapkan ke depannya adalah untuk membuka pendidikan tinggi transportasi di Indonesia agar bisa dijangkau oleh mahasiswa dari luar negeri. 

“Standar kompetensi dan kurikulum itu sudah diatur oleh regulasi internasional. Tapi, yang ingin kita dorong adalah bagaimana di STPI bisa menerima taruna atau mahasiswa dari negara-negara luar karena biaya pendidikan pilot Indonesia itu jauh lebih murah,” paparnya. 

Selain harapan untuk membuka peluang pendidikan bagi mahasiswa di luar negeri, Sugihardjo juga menjelaskan beberapa program yang telah dilakukan oleh lembaga pendidikan untuk masyarakat. Yaitu, dengan mengeluarkan program beasiswa yang merupakan bentuk kerja sama lembaga pendidikan, industri, pemerintah daerah, dan masyarakat untuk anak-anak kurang mampu. “Kemarin kerja sama dengan masyarakat, pemda, lembaga pendidikan, dan industri. Jadi, Bu Risma (Walikota Surabaya, red) itu sangat peduli dengan anak-anak yang pintar, tapi miskin. Jadi, pemerintah memberikan beasiswa untuk anak-anak disekolahkan di Politeknik Penerbangan di Surabaya dan tidak harus mendapatkan ijazah. Tapi, dilatih sehingga dia punya kompetensi, latihan 9 bulan, dan kemudian tenaganya disalurkan ke Lion Air,” jelasnya. 

Selain itu, dari audiensi tersebut juga disampaikan beberapa usulan, yakni penambahan program studi bagi lembaga pendididkan kelautan dengan rincian 6 program studi untuk S2, 1 program studi untuk S1, dan 1 program studi untuk D4. Sedangkan usulan dari pendidikan transportasi udara adalah mengaktifkan kembali program studi multi entry multi exit system yang sebelumnya sudah pernah dilaksanakan oleh UPT PPSDMPU. Hal ini berlandaskan kebutuhan keterserapan lulusan sekolah penerbangan yang semakin meningkat, dan kebutuhan tenga kerja profesi ATC untuk mendukung perkembangan bandara di Indonesia. Melalui audiensi yang dilakukan oleh masing-masing Kapus dan Kabadan Badan Penelitian dan Pengembangan Perhubungan ini diharapakan dapat melahirkan inovasi baru untuk dunia pendidikan, sehingga mampu terus melahirkan generasi unggul di masa depan. (Diksi/TM/AP/AS)