Asal ‘Menikah’, SDM Unggul Bakal Hujani Industri

Asal ‘Menikah’, SDM Unggul Bakal Hujani Industri

Jakarta, Ditjen Diksi - Kecakapan teknologi merupakan modal utama bagi masyarakat untuk beradaptasi, terlebih pada masa pandemi saat ini. Kebutuhan akan kemampuan adaptasi yang tinggi ini juga menjadi gambaran bahwa Indonesia akan selalu memerlukan sumber daya manusia dengan kompetensi yang mumpuni. 

Melalui webinar yang digelar oleh Pusat Penguatan Karakter Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada Sabtu (29/08) lalu, Wikan Sakarinto selaku Direktur Jenderal (Dirjen) Pendidikan Vokasi menegaskan kembali akan pentingnya kompetensi sebagai bekal untuk menghadapi perkembangan industri dan teknologi di masa depan. Berbicara mengenai “Tetap Produktif di Masa Penuh Tantangan, Vokasi Kuat Menguatkan Indonesia”, Wikan menekankan pentingnya kehadiran kompetensi yang sesuai dengan bidang yang diminati siswa. Pasalnya, kompetensi tersebutlah yang akan mendampingi lulusan SMK dan vokasi sebagai modal untuk terus berkarya di dunia industri maupun dunia kerja.

“Yang ingin kita target adalah kompetensi siswa ‘aku bisa apa?’, bukan ‘aku sudah belajar apa’, ‘aku gelar apa’. Ini yang harus dihindari, jangan sampai lulusan SMK dan vokasi ini hanya mengandalkan ijazah tanpa passion, tanpa kecintaan pada ilmu yang dipelajari,” tegas Wikan.

Selain menjadi akar kecintaan siswa terhadap bidangnya, tambah Wikan, passion juga menjadi salah satu faktor terwujudnya ”link and match” yang sempurna. Selayaknya dalam sebuah pernikahan, passion memberikan “cinta” pada hubungan kerja sama antara dunia pendidikan dengan industri. “Jangan cuma ikut-ikutan dan terpaksa. Kalau tanpa passion dan visi, nanti ketika proses berjalan mereka seperti menikah tanpa cinta,” ujarnya.

Ditambah lagi, terwujudnya “link and match” yang optimal, tentunya memberikan rasa optimisme bahwa Indonesia ke depan akan maju dalam bidang industri dan sumber daya manusianya. “Kalau nanti industri mau menikah seperti ini, industri akan mendapatkan kebanjiran, hujan lebat SDM yang kompeten dan sesuai. Sebagian mereka akan menjadi entrepreneurship start up dan unicorn Indonesia di masa depan,” tutur Wikan.

Wikan pun menjelaskan, meskipun tidak dalam kondisi pandemi, perubahan industri akan tetap terjadi. Karenanya, hal itu menjadi perhatian tersendiri bagi masyarakat agar terus mempersiapkan diri dan beradaptasi terhadap perubahan-perubahan yang akan datang. “Yang tidak pernah berubah adalah perubahan, dengan atau tanpa pandemi perubahan akan tetap terjadi. Nah, dengan pandemi ini mungkin perubahan itu terjadi 5 atau 10 kali lebih cepat, tapi akan tetap berubah. Artinya, SMK atau vokasi itu harus adaptif dan siap untuk berubah,” tuturnya. 

Adapun guna menuju terwujudnya kompetensi dan terbentuknya SDM yang unggul, Bonardo Aldo Tobing selaku Anggota Komisioner Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) menjelaskan pentingnya sertifikasi dalam menunjang kesiapan lulusan dalam memasuki dunia industri dan dunia kerja. Sertifikat kompetensi merupakan legitimasi terhadap capaian kemampuan seseorang dalam melakukan pekerjaan tertentu yang ditetapkan oleh otoritas yang berwenang, berbasis pada standar kompetensi yang telah disepakati dan ditetapkan bersama.

“Banyak perusahaan di masa Covid-19 ini melakukan efisiensi SDM maupun anggarannya. Sehingga, ke depannya SDM yang direkrut oleh industri adalah betul-betul SDM yang kompeten. Buktinya, yaitu berupa sertifikasi kompetensi,” paparnya. 

Di samping itu, sertifikasi kompetensi juga mendukung program revitalisasi SMK yang dilakukan oleh Dirjen Vokasi sebagai langkah dalam menyiapkan SDM unggul. Beberapa di antaranya, yakni mempercepat pemberian lisensi bagi SMK sebagai lembaga sertifikasi pihak pertama, mempercepat sertifikasi kompetensi bagi pendidik dan tenaga kependidikan SMK, serta mempercepat sertifikasi kompetensi bagi lulusan SMK. “Hampir 1.000 SMK sudah mendapatkan lisensi dari BNSP sebagai LSP-P1 SMK,” terang Bonardo.

Kondisi pandemi tentunya menjadi tantangan tersendiri bagi Indonesia untuk beradaptasi terhadap tatanan kenormalan baru. Dalam masa genting seperti ini, kerja sama dan kolaborasi merupakan sebuah solusi utama agar Indonesia dapat terus menyongsong masa depan yang lebih baik. 

Karenanya, Dirjen Wikan pun menegaskan bahwa masyarakat harus terus saling mengisi, bekerja sama untuk melalui tantangan yang sedang kita hadapi. “Industri harus survive, dan untuk bertahan pasti membutuhkan sumber daya yang kompeten. Jadi, kita tidak akan berhenti mempersiapkan SDM untuk bersama bertahan,” pungkasnya. (Diksi/TM/AP/KR)