Inovasi Politala untuk Peternak di Tanah Laut

Inovasi Politala untuk Peternak di Tanah Laut

Tanah Laut, Ditjen Vokasi - Insan perguruan tinggi vokasi terus didorong untuk mengembangkan riset terapan yang tidak hanya menjawab persoalan di industri, akan tetapi juga masyarakat. Salah satunya seperti yang dilakukan tim peneliti mesin produksi pelet pakan ternak dari Politeknik Negeri Tanah Laut (Politala). Melalui program Matching Fund 2022, tim tersebut berhasil mengembangkan mesin produksi pelet pakan ternak untuk menjawab persoalan mahalnya harga pakan ternak yang dihadapi para peternak di Kabupaten Tanah Laut.


Tim tersebut merupakan gabungan dosen dan mahasiswa dari Prodi Teknologi Otomotif, Prodi Teknologi Pakan Ternak, dan Prodi Akuntansi Politala. Ketua Tim Mesin Produksi Pakan Ternak Politala, Anggun Angkasa, mengatakan bahwa mahalnya harga pakan ternak pabrikan telah memberatkan masyarakat di Kabupaten Tanah Laut yang sebagian besar menggantungkan hidup sebagai peternakan. 


Di sisi lain, potensi sumber bahan pakan ternak seperti limbah kelapa sawit dan jagung di Tanah Laut cukup melimpah. Akan tetapi, bahan-bahan tersebut belum dapat dimanfaatkan sepenuhnya oleh para peternak karena keterbatasan teknologi untuk pengolahan pakan. 


“Selama ini pakan ternak baik untuk unggas, ikan, maupun ruminansia hanya diproduksi oleh pabrik pakan ternak modern yang harga mesinnya tidak terjangkau oleh petani maupun peternak skala kecil yang ada di desa-desa. Oleh karena itu, kami kemudian mengembangkan teknologi tepat guna berupa mesin produksi pelet pakan ternak yang lebih terjangkau,” kata Anggun yang menggandeng PT Meratus Resourches Development sebagai mitra dalam pengembangan mesin produksi pakan ternak ini. 


Menurut Anggun, mesin pembuat pakan ternak yang ia kembangkan merupakan satu set alat yang terdiri atas mesin hammer mill kapasitas 500 kg/jam, mesin pencetak pelet pakan tipe vertikal kapasitas 500 kg/jam, mesin pencetak pelet tipe horizontal (apung) kapasitas 50 kg/jam, screw conveyor, belt conveyor, dan rotary dryer kapasitas 500kg/batch. 


Keunggulan mesin pakan ternak tersebut terletak pada penggunaan bahan sebagai komponen dalam alat ini yang tergolong murah dan mudah didapat. Hampir semua komponen yang digunakan dalam pembuatan alat ini tersedia di pasaran. Bahkan, tingkat komponen dalam negeri (TKDN) mesin-mesin ini mencapai 70-100 persen. 


“Mesin hammer mill berfungsi mencacah atau menghancurkan bahan-bahan pakan ternak yang ada di sekitar masyarakat yang mudah didapatkan sehingga akan memudahkan masyarakat untuk membuat pakan ternak untuk ternak mereka, seperti limbah kelapa sawit, bonggol jagung, dedak, dan sebagainya,” kata Anggun. 


Keunggulan lainnya, mesin pencetak pelet pakan ternak tipe horizontal (apung) ini dapat digunakan untuk membuat pakan ternak untuk ikan seperti ikan nila, patin, lele, dan sebagainya yang ukuran butirannya dapat disesuaikan sesuai kebutuhan. Mesin pencetak pelet pakan ternak vertikal ini dapat digunakan oleh para peternak unggas yaitu budi daya ayam, itik, dan sebagainya.


Saat ini, mesin yang dikembangkan oleh Anggun dan rekannya ini sudah melewati tahap uji coba performa untuk mendapatkan sertifikat standar kelayakan Standar Nasional Indonesia (SNI). Uji performa tersebut dilakukan oleh tim dosen dari Fakultas Teknologi Pertanian UGM. 


“Kami hanya tinggal menunggu surat keterangannya saja,” kata Anggun menambahkan. 


Masih menurut Anggun, mesin yang mereka kembangkan ini dapat digunakan mulai dari peternak skala rumah tangga hingga peternak skala industri. Kapasitas dari alat ini hanya tinggal disesuaikan sesuai dengan kebutuhan penggunanya karena mesin-mesin tersebut sebelumnya sudah pernah dibuat dan dipasarkan untuk beberapa kelompok pembudi daya ternak dan ikan yang ada di Kabupaten Tanah Laut dan sekitarnya dengan kapasitas yang berbeda-beda. 


“Kalau untuk peternak rumah tangga mungkin akan lebih kecil kapasitasnya,” kata Anggun. 


Anggun berharap kehadiran mesin produksi pakan ternak ini dapat membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh para peternak. Mereka bisa mendapatkan pakan ternak yang berkualitas dan murah karena bisa memproduksi sendiri di rumah, tanpa ketergantungan pada pakan pabrik. Dengan demikian para peternak dapat lebih sejahtera. (Nan/Cecep)