Cerita Elsa, Terlepas dari Belenggu Pengangguran Berkat Program PKW Tekun Tenun

Cerita Elsa, Terlepas dari Belenggu Pengangguran Berkat Program PKW Tekun Tenun

Jakarta, Ditjen Vokasi - Beberapa contoh penyebab pengangguran adalah minimnya kompetensi yang dimiliki oleh seseorang dan kurangnya lapangan pekerjaan. Di tengah tantangan tersebut, salah satu jalan keluar yang menarik adalah dengan menjadi seorang perajin tenun. Itulah jalan yang dipilih oleh Ermilinda Elsantri atau yang biasa disapa Elsa, peserta didik program Pendidikan Kecakapan Wirausaha (PKW) Tekun Tenun Indonesia 2021 dari Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur.


Setelah tamat sekolah, ia masih belum berkesempatan untuk mendapatkan pekerjaan. Hingga suatu hari, ia pun mendapatkan kabar terkait program PKW Tekun Tenun Indonesia. 


Program PKW Tekun Tenun Indonesia merupakan program kolaborasi antara Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) dengan Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas). Program ini pun menjadi upaya untuk mengatasi pengangguran dan menghadirkan wirausahawan baru di bidang tenun.


“Saya menganggur 8 bulan setelah lulus sekolah. Saya rasa dengan mengikuti program PKW Tekun Tenun akan menambah keterampilan sekaligus melestarikan budaya. Maka dari itu, saya tertarik mengikuti program tersebut,” ungkap Elsa pada Pameran Kriyanusa 2023 stan Kemendikbudristek di Jakarta Convention Center (JCC) pada Rabu (13-09-2023). 


Dengan mengikuti pameran Kriyanusa 2023, Elsa bersama temannya, Venilia Mian, pun unjuk gigi dalam menenun kain tenun songke, kain tenun khas Manggarai Barat. 


Elsa mengungkapkan bahwa PKW Tekun Tenun Indonesia memberikan pengalaman yang tak terlupakan. Ia bisa terbang ke Jakarta dan bisa bertemu dengan Ketua Umum Dekranas, Ibu Wury Ma'ruf Amin dan Wakil Ketua Harian 2 Dekranas yang juga merupakan Ibu Mendikbudristek, Ibu Franka Makarim. 




“Senang bisa bertemu dengan Ibu Wury dan Ibu Franka. Hal tersebut membuat saya tambah bersemangat dalam menenun,” tutur Elsa.


Venilia pun menambahkan, “Ini pengalaman pertama saya ke Jakarta dan mengikuti pameran. Di stan Kemendikbudristek sendiri saya melihat hasil tenun-tenun daerah lainnya yang tak kalah bagus.”


Berdasarkan penjelasan Elsa, kain tenun songke menggunakan motif lombok. Motif tersebut tergolong memiliki pola yang sangat mudah dan cepat dihafal. 


Elsa menjelaskan, “Motifnya bermacam-macam ada motif matahari, motif bunga kawin atau wela kawing, motif belah ketupat, dan masih banyak lagi.”


Hasil tangan Elsa tersebut pun sudah terjual melalui Dekranasda Kabupaten Manggarai Barat, mulai dari harga Rp800 ribu sampai dengan Rp2,5 juta. Dalam sebulan ia sudah rutin memproduksi 1—2 kain berukuran 2 meter sampai dengan 4 meter. Elsa merasa program PKW Tekun Tenun sudah mengeluarkan ia dari pengangguran dan memberikan ia pendapatan. 


“Saya masih tahap belajar dan rencananya saya ingin mengajarkan tenun songke ini ke anak-anak kecil di sekitar rumah saya,” pungkas Elsa.


Menurut Elsa, tenun songke harus diajarkan kepada anak-anak sedari dini. Ia pun merasa tertinggal karena dahulu ia terlambat mempelajari tenun songke dan baru belajar ketika ikut program PKW. Dengan begitu, anak-anak akan lebih mengenal budaya dan melestarikan tenun songke. (Zia/Cecep)