Diajarkan di SMK, Begini Cara Membuat Keramik Glasir

Diajarkan di SMK, Begini Cara Membuat Keramik Glasir

Jepara, Ditjen Vokasi – Mengapa benda keramik terlihat begitu indah dengan warnanya yang mengkilap? Jawabannya ada pada glasir. Ya, teknik pewarnaan glasir memang menjadi rahasia di balik mengkilapnya sebuah benda keramik. Teknik pewarnaan ini rupanya menjadi salah satu kompetensi yang diajarkan di SMK bidang kriya keramik, lo. 


Kepala Program Keahlian Kriya Keramik, SMKN 2 Jepara, Agus Salim, menjelaskan bahwa glasir merupakan teknik pewarna pada kerajinan keramik yang terbuat dari campuran kuarsa kapur dan oksida pewarna besi atau tembaga. Glasir sendiri berupa cairan suspensi butiran mineral kecil yang diterapkan dengan cara penuangan, penguasaan, pencelupan, ataupun penyemprotan pada permukaan benda keramik yang belum matang sempurna. 


“Jadi, glasir ini merupakan cat bagi keramik yang tidak hanya menambah warna, tetapi juga lapisan tipis kaca yang berkilauan. Benda keramik yang dilapisi glasir ini selain indah juga menjadi lebih tahan terhadap air,” kata Agus.


Teknik pewarnaan glasir ini sudah mulai diajarkan sejak siswa Jurusan Kriya Keramik memasuki tahun kedua. Selain sudah mulai membuat keramik dengan beberapa teknik, para siswa di tingkat dua ini juga diajarkan tentang teknik pewarnaan keramik untuk mendapatkan keramik yang indah, termasuk teknik pewarnaan glasir ini.


Sebagai informasi, meskipun bahan-bahan untuk glasir berasal dari tahan, namun glasir yang melapisi keramik bisa mengkilap karena pembakaran yang sangat tinggi. Glasir yang telah matang sempurna akan menghasilkan kilap menyerupai kaca yang indah. 


Untuk mendapatkan produk keramik berglasir, hal utama yang perlu disiapkan terlebih dahulu adalah keramik biskuit. Keramik biskuit ini merupakan benda keramik yang telah mengalami pembakaran biskuit atau pembakaran yang dilakukan pada suhu 700—900 C.


“Suhu ini harus dijaga dengan pas. Untuk di SMKN 2 Jepara sendiri, kami sudah memiliki mesin otomatis untuk mengukur suhu jadi sudah sesuai lah dengan yang ada di industri,” kata Agus.


Suhu pembakaran akan sangat berpengaruh pada hasil akhir keramik glasir. Jika suhu kurang dari 700 C kemungkinan benda masih sangat rapuh dan sangat berisiko untuk diglasir. Sementara itu, jika pembakaran biskuit melebihi 900 C akan mengakibatkan pori-pori benda menjadi terlalu kecil. Padahal, pori-pori benda keramik ini harus cukup untuk menyerap glasir agar menempel pada benda tersebut. 


“Untuk teknik pengglasiran sendiri dapat dilakukan dengan cara semprot, tuang, atau celup. Untuk detail-detail yang kecil dapat dilakukan dengan kuas,” kata Agus.


Hal lain yang harus diperhatikan adalah ketebalan glasir. Ketebalan glasir harus pas, tidak terlalu tipis maupun tidak terlalu tebal. Tahap selanjutnya adalah membakar keramik pada suhu yang sesuai. 


Untuk glasir suhu rendah, pembakaran dilakukan pada suhu 1.000—1.150 C, sedangkan glasir suhu menengah, pembakaran di sekitar 1.200—1.250 C. Lama pembakaran tergantung pada kondisi tungku dan jenis tungku. Pada tungku yang masih baik, biasanya kecepatan pembakaran dapat diatur cepat atau lambatnya dengan pengaturan modul program (pada tungku listrik) atau dengan pengaturan gas pembakaran (pada tungku gas). 


“Tujuan utama pembakaran ini adalah untuk melelehkan bahan glasir sehingga melekat kuat pada badan keramik,” ujar Agus.


Glasir yang telah matang sempurna akan menghasilkan kilap menyerupai kaca yang membuat keramik memiliki warna yang cantik mengkilap. Tertarik mendalami kriya keramik? (Nan/Cecep)