Dosen Polinela Berhasil Tingkatkan Produksi Budi Daya Tanaman Edamame
Bandar Lampung, Ditjen Vokasi - Dosen Politeknik Negeri Lampung (Polinela) berhasil mengembangkan inovasi baru dalam budi daya tanaman Edamame (Kacang Kedelai) melalui penerapan aplikasi Inokulum Rhizobium. Bersama dengan pengaturan populasi tanaman, aplikasi Inokulum Rhizobium ini dapat memainkan peran kunci dalam meningkatkan nodulasi dan produktivitas tanaman edamame.
Dosen Polinela sekaligus ketua tim penelitian aplikasi Inokulum Rhizobium, Fajar Rochman, mengatakan bahwa edamame merupakan salah satu komoditas pertanian yang semakin populer di Indonesia. Oleh karena itu, tanaman ini memerlukan metode budi daya yang efisien dan ramah lingkungan untuk mencapai produktivitas maksimal.
“Aplikasi Rhizobium merupakan seed treatment, karena edamame tanaman kacang yang punya karakteristik khusus bisa bersimbiosis dengan bakteri rhizobium,” kata Fajar.
“Simbiosis tersebut akan mampu membentuk nodul akar yang dapat memfiksasi nitrogen di udara sehingga dapat mensuplai kebutuhan nitrogen tanaman. Dengan demikian, tujuan diaplikasikan inokulan agar simbiosis tersebut bisa dimaksimalkan,” kata Fajar menambahkan.
Melalui inokulasi Rhizobium, Fajar dan timnya melihat peningkatan signifikan dalam jumlah nodulasi akar dan produksi edamame (bobot polong isi), di mana semua hal tersebut berkontribusi langsung pada peningkatan hasil panen.
Namun, inovasi ini tidak hanya terbatas pada aplikasi Inokulum Rhizobium. Tim peneliti juga meneliti bagaimana pengaturan populasi tanaman dapat mempengaruhi produktivitas edamame.
“Melalui uji coba di lapangan, tim menemukan bahwa populasi tanaman yang diatur dengan baik dapat meningkatkan efisiensi penggunaan lahan dan sumber daya, termasuk air dan pupuk nitrogen,” jelas Fajar.
Rizky Rahmadi, salah satu anggota tim lainnya, mengatakan bahwa selain menemukan terkait aplikasi inokulasi rhizobium, penelitian tersebut juga menemukan hubungan terkait manajemen populasi tanaman yang kerap diabaikan selama ini dalam budidaya edamame.
“Kami menemukan bahwa dengan mengatur jarak tanam yang ideal dan kepadatan populasi, tanaman dapat tumbuh lebih optimal. Ini tidak hanya meningkatkan hasil panen per hektare, tetapi juga mengurangi kebutuhan akan input pertanian, seperti pupuk dan air,” kata Rizky.