Dukungan Sekolah Antarkan Abdullah Mudzakir Jadi Bug Hunter Google

Dukungan Sekolah Antarkan Abdullah Mudzakir Jadi Bug Hunter Google

Semarang, Ditjen Vokasi - Nama Abdullah Mudzakir atau yang akrab disapa Dzakir kini sedang menjadi buah bibir. Siswa kelas XII SMKN 8 Semarang, Jawa Tengah berhasil menemukan bug pada sistem keamanan Google. Temuannya tersebut membuat Dzakir mendapat penghargaan melalui bug bounty program sebesar 5.000 dolar Amerika Serikat (AS) atau sekitar Rp75 juta dari perusahaan teknologi ternama itu. 


“Itu (penemuan bug Google, red) sebenarnya sudah lama, tahun 2021,” kata Dzakir mengawali cerita. 


Saat itu, Dzakir baru duduk di kelas X Jurusan Rekayasa Perangkat Lunak (RPL) SMKN 8 Kota Semarang. Usianya juga baru sekitar 16 tahun. Temuan bug pada sistem keamanan Google tersebut bukan satu-satunya keberhasilan Dzakir. Selain Google, Dzakir juga mengaku sering melaporkan temuan bug pada sistem maupun aplikasi milik perusahaan-perusahaan lain di Indonesia dan luar negeri. Salah satunya adalah website Provinsi Jawa Tengah. 


Sebagai informasi, beberapa perusahaan seperti Google sering mengajak para pemburu bug atau bug hunter untuk menguji keamanan dari aplikasi atau sistem yang mereka diluncurkan melalui bug bounty program. Bug bounty program memiliki reward yang cukup menjanjikan karena bug bounty ini memang diperuntukkan bagi para hacker dengan skills tinggi yang mampu mengidentifikasi berbagai kerentanan yang ada. 


Diakui Dzakir, bug bounty ini memang cukup menjanjikan, utamanya bug bounty dari perusahaan asing yang nilainya bisa berkisar antara 1.000, 2.000, 2.500, hingga 4.500 dolar AS.  


“Tapi bejo-bejoan juga, kadang berminggu-minggu juga enggak nemu. Tapi pernah cuma lima menit saja dapat dan dikasih sepuluh juta,” kata Dzakir yang sebentar lagi akan lulus dari SMK ini.



Empat kali gagal 


Penemuan bug dalam sistem keamanan Google tentu bukanlah suatu hal yang mudah. Bahkan, Dzakir mengaku bahwa temuan tersebut bukan temuan yang kali pertama didapat pada sistem keamanan perusahaan teknologi tersebut. Sebelumnya, Dzakir mengaku sudah pernah menemukan bug Google sebanyak empat kali. Namun, temuan tersebut selalu ditolak oleh Google. 


“Pertama saya lapor di Google itu sebanyak 5 kali, tapi yang 4 kalinya itu laporannya ditolak karena tidak valid. Lalu akhirnya saya coba cari lagi dengan bantuan teman, akhirnya dapat,” jelasnya. 


Masih menurut Dzakir, awalnya temuan bug kelimanya itu sendiri masih ditolak oleh Google karena pihak Google masih belum paham dengan apa yang ia temukan di sistem mereka tersebut.


“Jadi, bug-nya memang salah satu bug yang cukup langka. Jadi, lumayan harus debat dulu. Debatnya saja sampai setengah bulan untuk menjelaskan bug temuan saya ini valid dan ada dampaknya,” ungkap Dzakir. 


Meskipun pada awalnya sempat diragukan, tetapi pada tahun 2022, kerentanan yang ditemukan oleh Dzakir tersebut masuk ke dalam kategori kerentanan terbaik yang pernah ditemukan di Google.




Dari laptop butut 


Cerita keberhasilan Dzakir memecahkan celah-celah keamanan berbagai situs perusahaan rupanya tidak bisa dilepaskan dari laptop butut bekas yang ada di rumah. Dari laptop butut yang pernah dipakai oleh kakaknya itulah, Dzakir yang berasal dari keluarga sederhana menumbuhkan kecintaan dan minat untuk mendalami dunia cyber untuk mendalami dunia programming


“Laptop murah dua atau tiga jutaan. Itu juga bekas kakak yang tidak terpakai di rumah. Jadi, saya manfaatkan untuk belajar,” kata bungsu dari tiga bersaudara pasangan Ali Bakri dan Muizati. 


Untuk mengakses internet, Dzakir akan pergi ke angkringan. Bermodal es teh manis satu gelas, Dzakir akan leluasa berselancar di dunia maya dan mulai belajar programming.


“Awal belajar programming tidak cocok, kemudian belajar networking (jaringan) seperti wifi, ruter tapi masih enggak cocok. Sampai akhirnya ikut gabung di komunitas hacker dan nemu komunitas hacker di Salatiga dan ketemu Mas Daniel Kristanto,” kata Dzakir. 


Dari Daniel Kristanto inilah, Dzakir banyak belajar tentang dunia hacking. Daniel juga menjadi mentor bagi Dzakir hingga akhirnya memutuskan untuk belajar di SMKN 8 Kota Semarang demi menyelaraskan passion-nya.


“Kalau di Ungaran adanya Jurusan TKJ, tapi kan tidak sesuai. Jadi, ya sudah di SMKN 8 Kota Semarang yang ada jurusan RPL-nya,” kata Dzakir.



Semakin terasah 


Kombinasi passion dan ekosistem sekolah yang mendukung membuat Dzakir semakin merasa potensinya semakin berkembang. Ia pun memantapkan diri mendalami tentang cyber security. Apalagi, lanjut Dzakir, di sekolah juga ada kelas industri dengan InfraDigital Foundation. 


“Awalnya sebenarnya hanya seperti ekstrakurikuler saja, tetapi kemudian karena peminatnya banyak dibuat kelas industri,” kata Dzakir. 


Dengan berkolaborasi bersama InfraDigital Foundation, SMKN 8 Semarang memberikan peningkatan kompetensi di bidang IT bagi para peserta didiknya. InfraDigital Foundation juga membuka program pelatihan cyber security, yaitu program beasiswa gratis berupa pelatihan dan sertifikasi internasional dalam bidang cyber security hingga mereka mahir dalam bidang tersebut. Dengan bergabung di kelas industri, Dzakir semakin mantap untuk menekuni dunia keamanan cyber atau cyber security. Akan tetapi, sang ayah yang guru mengaji rupanya sempat tidak sepakat dengan pilihan Dzakir. 


“Tapi seiring waktu, saya coba jelaskan dan akhirnya Bapak juga paham dengan profesi ini,” ujar Dzakir. 



Sudah bekerja 


Kepiawaian Dzakir di bidang cyber security tidak hanya membuat pundi-pundi rupiahnya terisi, meskipun masih berstatus siswa SMK. Kompetensi di bidang tersebut juga mengantarkan Dzakir sebagai karyawan di PT JUKE Solution Teknologi, tempat ia PKL (praktik kerja lapangan). Alhasil, Dzakir sudah bisa bekerja, meskipun ia belum lulus sekolah.


PT JUKE Solution Teknologi sendiri merupakan sebuah perusahaan penyedia solusi IT terkemuka yang berfokus pada Big Data Solutions terkait Intelijen Bisnis, Infrastruktur Data, dan Manajemen Penyimpanan. Kantornya ada di Jakarta.


“Awalnya sebenarnya dari magang, kemudian diperpanjang lagi, diperpanjang lagi. Akan tetapi, pas mau diperpanjang lagi saya tidak mau, kemudian pas ada lowongan saya daftar malah diterima,” kata Dzakir yang sudah menyandang status karyawan sejak tahun lalu. 


Penerapan Kurikulum Merdeka di sekolah melalui project based learning (PBL) diakui Dzakir semakin memudahkan ia untuk belajar sambil bekerja. 


“Karena model pembelajarannya kan PBL, jadi kita lebih fokus pada project yang kita kerjakan. Biasanya saya mengerjakan project di sekolah kalau tidak selesai ya saya kerjakan di rumah,” kata Dzakir. 


Dzakir yang sejak awal memang mantap memilih SMK merasa sistem pembelajaran di SMK saat ini sangat mendukung potensi yang dimiliki oleh setiap siswa. 


“Karena secara passion saya juga sudah ada dan kemudian lingkungan sekolah juga mendukung sehingga saya bisa memaksimalkan potensi yang saya miliki,” Dzakir. 


Ke depan, Dzakir masih ingin mendalami dunia cyber security. Uang dari bug bounty selama ini sudah ia kumpulkan untuk melanjutkan kuliah. Ia juga tidak lupa untuk membantu kedua orang tuanya. 


“Tapi kuliahnya masih bingung di mana. Di luar negeri kali ya,” kata Dzakir berkelar. 


Sementara itu, Kepala SMKN 8 Semarang, Harti, mengatakan bahwa Dzakir sebenarnya hanya satu dari siswa didiknya yang sudah bekerja meskipun masih sekolah. Menurut Harti, setidaknya ada beberapa siswanya yang sudah diterima bekerja di industri. Rata-rata mereka memang diminta oleh perusahaan.


“Inspirasi implementasi Kurikulum Merdeka di SMKN 8 Semarang memang ada beberapa siswa kami yang sudah bekerja di industri. Sekolah memfasilitasi fleksibilitas pembelajaran di rumah karena penilaian berbasis proyek kolaboratif,” kata Harti.


Selama ini, lanjut Harti, pihak sekolah memang terus berupaya untuk memfasilitasi bakat-bakat siswa untuk berkembang dengan memberikan fleksibilitas pembelajaran dan penilaian. 


“Kami juga terus memberikan apresiasi pada setiap project yang dikerjakan oleh setiap siswa pada gelar project setiap akhir semester,” kata Harti.

 

Diakui Harti, soal prestasi Dzakir memang sudah menonjol di bidang keamanan siber. Dzakir juga tercatat berhasil menorehkan prestasi untuk sekolah, di antaranya Juara 2 Nasional Kompetisi Komunitas Siber TNI Angkatan Darat (KKS TNI-AD) Tahun 2021 bidang keamanan siber yang diselenggarakan oleh Pusat Sandi dan Siber TNI Angkatan Darat (Pussansiad). (Nan/Cecep)