Inovasi Tankfis dari BPPMPV KPTK Wujudkan Ilmu Teknologi dan Perikanan Bersatu

Inovasi Tankfis dari BPPMPV KPTK Wujudkan Ilmu Teknologi dan Perikanan Bersatu

Gowa, Ditjen Vokasi - Kombinasi berbagai ilmu sudah membuktikan bahwa dapat memunculkan inovasi yang berarti, begitu pun dengan kombinasi ilmu teknologi dan perikanan yang menciptakan inovasi Tankfis. 


Tankfis merupakan inovasi karya Balai Pengembangan Penjaminan Mutu Pendidikan Vokasi Bidang Kelautan, Perikanan, Teknologi, dan Komunikasi (BPPMPV KPTK) yang membuat instalasi budi daya perikanan menggunakan toren dan berbasis (internet of thing) IoT.


“Ikan dibudidayakan melalui toren untuk mengatasi keterbatasan lahan dan  budi daya ikan melalui toren ini akan lebih praktis. Tentunya dengan menggabungkan dua ilmu yang berbeda, yaitu ilmu teknologi dan perikanan,” tutur Lismanto selaku Kepala BPPMPV KPTK sekaligus pencetus awal inovasi Tankfis.


Inovasi tankfis dilengkapi dengan alat sensor untuk mengecek suhu, ph, ataupun kelembaban air di dalam toren. Sensor tersebut pun dapat dipantau melalui aplikasi Tankfis. Sensor berbasis IoT  budi daya ikan melalui toren dengan lebih praktis tersebut dikembangkan dalam kurun waktu kurang lebih satu minggu.


“Kita bisa monitor setiap toren melalui aplikasi ini dan kita bisa memberikan pakan secara otomatis melalui aplikasi maupun secara manual,” ungkap Yopi Sopian selaku Pengembang Teknologi Pembelajaran KPTK sekaligus pembuat sistem IoT Tankfis. 


Budi daya dikatakan berhasil jika mendapatkan produk yang bernilai jual. Maka dari itu, diperlukan perawatan dan perlakuan yang berbeda untuk setiap jenis ikan yang dibudidaya. Dengan demikian pengetahuan tentang budi daya perikanan pun tak kalah penting dalam menciptakan Tankfis ini. 


Muhammad Syahrir selaku Analis Barang Milik Negara KPTK sekaligus pembuat sistem instalasi budi daya perikanan mengungkapkan bahwa dalam Tankfis ini dimulai dari beberapa tahap, yaitu pembibitan, pengelolaan kualitas air, pemberian pakan, pengendalian pertumbuhan ikan, sampai dengan panen dan pascapanen. 


“Dalam perawatan ikan hias dan ikan lele berbeda. Ikan hias perlu menggunakan tambahan oksigen, sementara ikan lele dengan memiliki daya tahan yang kuat, oksigen tak diperlukan,” ujar Syahrir menjelaskan perbedaan perawatan.


Ia pun menambahkan bahwa dalam perawatan air, ikan hias dan udang vaname memerlukan filter air dibandingkan merawat ikan lele. Tanpa memerlukan banyak perawatan, ikan lele dapat berkembang baik dan tumbuh sekitar 15—20 cm di dalam toren. Dalam satu toren 1.000 liter, terdapat kurang lebih 200 ikan lele di inovasi Tankfis tersebut. 


“Kekuatan dari bidang kelautan dan perikanan adalah di ilmu teknologi. Kalau teknologi informasi dan komunikasi bergerak bersama-sama mendukung kelautan dan perikanan, maka kita bisa mewujudkan bidang tersebut lebih maju,” tegas Lismanto. 


Ke depannya, inovasi Tankfis ini akan dibuat kembali untuk kebutuhan produksi sehingga nantinya dapat menunjang pelatihan di BPPMPV KPTK dan dapat berdampak kepada masyarakat. 

   

“Kami sudah menyiapkan toren-toren baru untuk kebutuhan produksi karena masa pengembangan sudah cukup selesai. Rencananya akan dibuat bulan September setelah kegiatan diskusi bersama para kepala sekolah, politeknik, dan pakar untuk menyempurnakan inovasi ini,” pungkas Lismanto. (Zia/Cecep)