Jadi Agenda Transformasi, Industrial Based Learning Jawab Tantangan Bonus Demografi

Jadi Agenda Transformasi, Industrial Based Learning Jawab Tantangan Bonus Demografi

Bogor, Ditjen Vokasi - Industrial based learning menjadi salah satu agenda penting transformasi pendidikan vokasi di Indonesia. Alasan yang melandasinya adalah karena pendidikan vokasi dianggap mampu mencetak sumber daya manusia (SDM) yang unggul dan berkualitas. SMD tersebut diharapkan dapat menjawab tantangan bonus demografi pada 2030 mendatang.

 

Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi, Kiki Yuliati, mengatakan bahwa implementasi konkret yang sudah dilakukan Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi adalah dengan mendekatkan industri dengan satuan-satuan pendidikan vokasi. Misalnya, industri diajak untuk turut serta merancang kurikulum berbasis industri sehingga peserta didik mendapatkan pembelajaran berbasis industri. 

 

“Kami menerapkan project based learning dengan proyek nyata berbasis industri untuk mendapatkan pendidikan berkualitas baik,” ujar Dirjen Kiki dalam sambutannya pada “International Seminar and Workshop: Industrial-Based Learning, Promoting Excelence in Graduate Vocational Programs” di IPB International Convention Center, beberapa waktu lalu.

 

Menurut Kiki, partisipasi industri tidak hanya dalam penyusunan kurikulum saja, tetapi mereka juga dilibatkan dalam banyak kegiatan di pendidikan vokasi, di antaranya melalui magang, joint research, dan pembelajaran berbasis proyek. 

 

Banyak keuntungan yang dapat diperoleh dari kolaborasi ini, di antaranya peningkatan keterampilan dan relevansi lulusan sesuai dengan kebutuhan industri, kata Kiki. 

 

Lebih lanjut, Kiki menjelaskan bahwa agenda transformasi melalui industrial based learningpada perguruan tinggi sangat diperlukan mengingat perguruan tinggi vokasi perlu memiliki kapasitas untuk membina sumber daya manusia yang andal dan visioner untuk siap menghadapi masa depan. Hal tersebut penting untuk menjawab tantangan bonus demografi yang akan dihadapi Indonesia pada 2030 mendatang, di mana lapangan kerja harus diisi oleh 71 persen sumber daya manusia yang kompeten.  

 

Kiki menekankan hal lain yang perlu diingat bahwa transformasi pendidikan vokasi harus mengedepankan 3 (tiga) nilai yang terkandung dalam pendidikan vokasi itu sendiri, yaitu nilai pendidikan, nilai ekonomi, dan nilai sosial.

 

Masih menurut Kiki, melalui Merdeka Belajar Kampus Merdeka, Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi juga terus mendorong iklim kolaborasi antara dunia pendidikan dan dunia industri, salah satunya melalui skema Matching FundMatching Fund Vokasi mendorong kontribusi nyata industri dengan memberikan insentif kepada kampus.

 

Kiki memaparkanpada 2023 ini terdapat 5 (lima) tema Matching Fund untuk mendukung transformasi ekonomi Indonesia. Tema pertama adalah green economy, seperti sustainable agriculture dan renewable energy. Tema kedua adalah blue economy, yang mencakup budi daya sumber daya laut, pengelolaan sumber daya laut, dan teknologi sumber daya laut. Tak hanya itu industri games dan animasi serta technology for MSMEs pun masuk dalam tema Matching Fund, yaitu tema digital economy

 

Isu kesehatan juga menjadi isu penting, di mana bidang yang difokuskan adalah medical devices prototypemanufactureand development of herbal and non-herbal medicines. Tak kalah penting adalah penguatan pariwisata, yang juga didukung dalam skema Matching Fund ini untuk pengembangan pariwisata di daerah destinasi prioritas.  

 

“Kelima tema ini diterapkan dalam dua skema Matching Fund 2023, yaitu kemitraan hilirisasi inovasi dan hasil riset pada skema A dan kemitraan dalam pemberdayaan masyarakat dan efisiensi pemerintahan melalui skema B,” tutur Kiki. 

 

Kiki berharap, dengan skema Matching Fund ini, perguruan tinggi vokasi dapat semakin meningkatkan inovasinya sehingga mampu menjadi pendidikan profesional dan dinamis mengikuti tantangan global. (DV/Cecep Somantri)