Kesulitan Ikan Gabus, Polimedia Kembangkan Kuliner Lele Pucung

Kesulitan Ikan Gabus, Polimedia Kembangkan Kuliner Lele Pucung


 

Jakarta, Ditjen Vokasi – Mungkin Anda pernah mendengar gabus pucung? Ya, itu salah satu jenis kuliner khas asli Betawi yang sudah lama jarang terlihat atau langka dijual di warung makan. Sekali pun warung makan khas Betawi.

 

Ikan gabus sendiri kini sudah sulit ditemukan di pasar atau dipelihara/dibudidaya masyarakat Jakarta dan sekitarnya. ini mengakibatkan makanan kuliner gabus pucung pun lambat laun hilang.

 

Namun, bagi Anda penggemar kuliner gabus pucung jangan khawatir. Politeknik Negeri Media Kreatif (Polimedia) mengembangkan kuliner khas Betawi yaitu lele pucung, yang tidak jauh beda rasanya dengan gabus pucung. 

 

“Karena itu, Prodi Seni Kuliner tertarik mengembangkan lele pucung karena kami ingin mengangkat kuliner tradisional Jakarta yang mulai tersingkir,” ujar Dimas Bayu Pinandoyo, Koordinator Prodi Seni Kuliner, Polimedia.


 

Yang jelas, kata Bayu, hanya ikannya yang berbeda, tetapi soal rasa atau bumbunya sama masih menggunakan resep asli. “Kami tetap mempertahankan cita rasa pucung agar penggemar gabus pucung tidak kehilangan rasa dan aroma saat mengonsumsi lele pucung,” jelasnya.

 

Sebelum mengembangkan kuliner lele pucung, Bayu menjelaskan, prodinya melalui Himpunan Mahasiswa (Hima) Prodi Seni Kuliner, Polimedia membantu budi daya lele. Awalnya hanya dalam ember, kemudian dikembangkan menjadi dalam toren ukuran 300 liter. “Jumlah ini dapat menambah pasokan lele pucung,” katanya.

 

Bayu menyebutkan, dipilihnya RW 04 Lenteng Agung karena mereka memiliki unit produksi yang dikelola ibu-ibu PKK yang relatif lebih aktif sehingga memudahkan Polimedia mengaderisasi ibu-ibu PKK menjadi penggerak wirausaha. “Kalau kadernya sudah ada, harapannya usaha tersebut tetap berlanjut kendati tanpa pendampingan. Kami tidak mungkin terus-menerus memberikan pendampingan. Mereka harus mandiri,” jelas Bayu.

 

Bayu menambahkan, saat Polimedia memberi pendampingan, belum terbentuk UMKM. “Di situlah peran kami dari Polimedia menjembatani warga membentuk usaha yang minimal memiliki izin usaha,” ujarnya.






Bayu menjelaskan, dengan terbentuknya UMKM pihaknya lebih mudah melakukan pembinaan pengembangan usaha dan diversifikasi kuliner khas Betawi. Kegiatan yang dilakukan Polimedia tersebut, tambah Bayu, merupakan Program Pemberdayaan Masyarakat Desa (P2MD) yang didanai Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) terkait pengabdian perguruan tinggi melalui organisasi kemahasiswaan kepada masyarakat desa. 

 

“Program yang dilakukan berupa pendampingan program peningkatan kesejahteraan warga tersebut dengan mewadahinya dalam bentuk unit mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang memiliki produk khas, yaitu lele pucung frozen,” kata Bayu.

 

Pada kegiatan tersebut, para mahasiswa melakukan pendampingan produksi bersama PKK untuk memasak lele pucung berdasarkan resep paten dari prodi seni kuliner. Selain itu, pendampingan juga dilakukan untuk pengemasan dan marketing sehingga masyarakat setempat bisa menjadikan nilai ekonomis yang baik pascapandemi saat ini. (Diksi/Mya/AP)