Kolaborasi Pendidikan Vokasi-Industri Menjawab Tantangan Zaman

Kolaborasi Pendidikan Vokasi-Industri Menjawab Tantangan Zaman


Jakarta, Ditjen Vokasi - Menjawab tantangan zaman dalam mengembangkan ekosistem pendidikan vokasi, Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi menggelar webinar mengenai implementasi pelaksanaan kolaborasi antara satuan pendidikan vokasi dengan industri melalui program SMK Pusat Keunggulan (PK) dengan Skema Pemadanan dan Matching Fund yang digelar secara daring (17/11).

 

Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi, Kiki Yuliati, menyampaikan bahwa pendidikan vokasi menjadi salah satu fokus pemerintah dalam menghasilkan sumber daya manusia (SDM) yang unggul. Hal itu juga dibuktikan dengan adanya Instruksi dan Peraturan Presiden mengenai implementasi pendidikan vokasi. “Instruksi Presiden dan Perpres tentang pendidikan vokasi tersebut menunjukkan bahwa Presiden menaruh harapan besar untuk kemajuan pendidikan vokasi,” tuturnya.

 

Oleh karena itu, Kiki menerangkan, pihaknya akan terus berkomitmen mengembangkan ekosistem pendidikan vokasi, salah satunya melalui program SMK PK Skema Pemadanan dan Matching Fund. Hal itu dilakukan guna mengolaborasikan sektor pendidikan dengan industri agar dapat menghasilkan SDM yang unggul, tangguh, dan relevan dengan kebutuhan industri.

 

Kiki menyebutkan, pada tahun 2022, Ditjen Pendidikan Vokasi melalui Direktorat SMK memfasilitasi 1.402 SMK PK dengan proporsi sebanyak 1.029 SMK PK memperoleh bantuan dari pemerintah melalui skema Matching Fund dan sebanyak 373 SMK PK mendapat hibah dari industri atau melalui skema pemadanan.

 

“Tahun pertama ini (pelaksanaan SMK PK Skema Pemadanan), ketika kami menunjukkan SMK PK ada 349 dunia usaha dan dunia industri (DUDI) telah bersinergi dengan satuan pendidikan di daerah dengan investasi sebesar 439 miliar,” ungkap Kiki.

 

Tidak hanya industri-industri besar, tambah Kiki, pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) pun turut mengambil bagian dari kolaborasi tersebut.

 

Implementasi SMK PK Skema Pemadanan

 

Pada kesempatan yang sama, Direktur SMK, Wardani Sugiyanto, menyampaikan bahwa SMK PK berfokus pada pengembangan SMK dengan kompetensi keahlian tertentu yang diperkuat melalui kemitraan dan penyelarasan dengan DUDI, hingga akhirnya menjadi SMK model dan rujukan bagi SMK lainnya.

 

“SMK PK ini merupakan bagian dari Merdeka Belajar yang sudah dimulai sejak 2021, bahkan 2020 sudah diawali dengan adanya SMK Center of Excellence (CoE),” jelas Wardani.

 

Wardani menjelaskan, implementasi SMK PK Skema Pemadanan tahun 2022 berhasil meraih capaian dengan pemberian bantuan kepada 373 SMK PK Skema Pemadanan dengan 349 industri, yang 9 di antaranya adalah konsorsium dengan total komitmen investasi industri terhadap SMK PK Skema Pemadanan sebesar Rp439,25 miliar. Capaian tersebut tentunya juga dibarengi dengan adanya penyelarasan kurikulum sesuai dengan kebutuhan industri, meningkatkan praktisi industri maupun kesempatan magang bagi guru untuk meningkatkan kompetensi, hingga peningkatan sarana prasarana yang mendukung pembelajaran.

 

Bersamaan dengan hal itu, Wardani menyampaikan pembukaan pendaftaraan SMK PK Skema Pemadanan yang sudah mulai dibuka sejak tanggal 17 November 2022 hingga 15 Januari 2023 mendatang. “Sebelumnya, konsentrasi yang diunggulkan ada 6 sektor yang terdiri atas 57 konsentrasi keahlian. Akan tetapi, di tahun 2023 diharapkan yang dapat didampingi industri ada sebanyak 18 sektor dengan berbagai konsentrasi keahlian,” imbuhnya.

 

Implementasi SMK PK Skema Pemadanan tersebut dirasakan oleh Hariyati selaku Kepala SMKN 4 Kehutanan dan Perkebunan Merauke, Papua. “Hal-hal baik ini harus tetap dilaksanakan dan manfaatnya kami rasakan,” ungkapnya.

 

Implementasi Matching Fund

 


Tidak hanya SMK PK Skema Pemadanan, Ditjen Pendidikan Vokasi juga menginisiasi program Matching Fund melalui Dirketorat Akademik Pendidikan Tinggi Vokasi guna menjawab kebutuhan industri.

 

Direktur Akademik Pendidikan Tinggi Vokasi, Beny Bandanadjaja, menyampaikan bahwa program Matching Fund adalah bentuk kerja sama antara perguruan tinggi vokasi dengan industri dalam mengatasi berbagai masalah yang ada di industri.

 

“Program ini menjadi win-win solution. Keuntungan industri salah satunya, yakni produk-produk yang dikerjakan bisa mendapat bantuan dari perguruan tinggi vokasi dan mendapatkan dukungan dana dari pemerintah. Di satu sisi, perguruan tinggi vokasi akan mendapatkan peran dalam industri dan sisi lain, industri dapat mengatasi masalahnya,” jelas Beny.

 

Senada dengan hal itu, Plt. Direktur Kemitraan dan Penyelarasan Dunia Usaha dan Dunia Industri (Mitras DUDI), Uuf Brajawidagda, menyampaikan bahwa kolaborasi antara dunia pendidikan dengan industri penting dibangun untuk bersama-sama melahirkan SDM yang kompeten. “Saya pikir ini sejalan dengan apa yang menjadi visi pemerintah Indonesia untuk terus meningkatkan daya saing Indonesia. Saya yakin pendidikan vokasi kalau bergabung dengan industri itu bisa mendorong Indonesia lepas dari negara berpendapatan menengah,” tuturnya.

 

Dari sisi industri, Director of Education PT Tera Data Indonusa Tbk., Galuh Tunjung Sari, menyetujui apa yang disampaikan oleh Uuf bahwa dunia pendidikan tidak bisa berjalan sendiri, perlu berkolaborasi dengan industri. “Kami ingin mendapat kemudahan untuk rekrutmen SDM. Kami dari industri ini pengalamannya lebih susah lagi mencari SDM untuk direkrut. Apa yang kami lakukan beberapa tahun belakangan dengan berkolaborasi bersama pendidikan vokasi ini mentransfer budaya kerja kami dan melakukan sinkronisasi kurikulum dapat menjawab kesulitan tersebut,” jelasnya. (Diksi/Tan/AP)