Melalui Merdeka Belajar, Pendidikan Vokasi Diarahkan pada Penguasaan Keterampilan Spesifik

Melalui Merdeka Belajar, Pendidikan Vokasi Diarahkan pada Penguasaan Keterampilan Spesifik

Jakarta, Ditjen Vokasi - Pendidikan vokasi memiliki konektivitas yang erat dengan pertumbuhan ekonomi dalam kaitannya dengan penyediaan sumber daya manusia (SDM) yang kompeten dan berdaya saing. Di sisi lain pemerintah terus membangun pusat-pusat ekonomi baru dengan potensi dan keunggulannya masing-masing. Oleh karena itu, melalui Merdeka Belajar ekosistem pendidikan vokasi dirancang agar dapat melahirkan SDM dengan keterampilan spesifik yang relevan agar dapat berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi tersebut.


Saat berbicara dalam sesi konferensi Unite for Education (UFE), Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, Saryadi, mengatakan bahwa pemerintah telah menempatkan pendidikan vokasi sebagai pilar utama menuju Indonesia emas 2045, utamanya dalam hal penyiapan SDM yang sesuai dengan kebutuhan dunia usaha dan dunia industri (DUDI). 


“Keutamaan vokasi adalah pada keterampilan spesifik yang nanti akan digunakan lulusan vokasi manakala mereka memasuki dunia kerja, apakah bekerja untuk orang lain, memulai usaha sendiri, atau bekerja mandiri,” kata Saryadi di Jakarta, Selasa (7-3-2023).


Menurut Saryadi, Perpres Nomor 68 Tahun 2022 tentang Revitalisasi Pendidikan Vokasi dan Pelatihan Vokasi sendiri juga mengamanatkan bahwa pendidikan vokasi harus memiliki keterampilan spesifik. Keterampilan spesifik ini menjadi modal yang sangat berharga agar mampu merespons pertumbuhan ekonomi wilayah maupun keunggulan yang ada di wilayah tersebut.




“Dengan keterampilan spesifik ini anak-anak vokasi nantinya akan memiliki kompetensi yang memadai dan mereka akan bisa berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi dan republik Indonesia ini,” kata Saryadi. 


Menurut Saryadi, potensi pendidikan vokasi sangat besar. Saat ini setidaknya ada sekitar 14.000 SMK yang tersebar di seluruh Indonesia. Selain SMK, ada sekitar 2.200 politeknik dan sekitar 17.000 lembaga kursus dan pelatihan (LKP).



“Itu semua adalah modalitas yang sangat berharga dalam rangka penyiapan SDM yang terampil dan bisa berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi, baik di daerah maupun di Indonesia,” Saryadi menambahkan.


Untuk itulah, lanjut Saryadi, melalui Merdeka Belajar transformasi pendidikan vokasi diarahkan pada penguasaan keterampilan spesifik  yang diwujudkan melalui kemitraan yang selaras antara dunia pendidikan dan DUDI.


“Kita dorong melalui SMK Pusat Keunggulan ataupun melalui program Matching Fund, Competitive Fund, dan lain-lain agar industri hadir di setiap satuan pendidikan vokasi. Dengan demikian satuan pendidikan vokasi memiliki keunggulan, keterampilan yang spesifik yang relevan, dan pada akhirnya juga akan berkontribusi juga pada industri,” kata Saryadi.


Saryadi mengakui, dinamika yang terjadi di industri memang sangatlah cepat. Akan tetapi, kehadiran industri di satuan pendidikan vokasi akan menjadi pilar penting untuk memastikan kompetensi yang relevan dengan yang ada di industri. 


“Dengan Merdeka Belajar dan Kurikulum Merdeka, maka dinamika perubahan yang terjadi di industri bisa segera diadopsi oleh satuan pendidikan sehingga keselarasan bisa kita pastikan secara bersama sama,” ujar Saryadi menambahkan.


Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Direktur Kemitraan dan Penyelarasan Dunia Usaha dan Dunia Industri (Mitas DUDI), Uuf Brajawidagda, mengatakan bahwa industri memang membutuhkan keterampilan yang spesifik. Oleh karena itu, pendidikan vokasi yang dirancang oleh Kemendikbudristek memang didesain agar para lulusannya memiliki keterampilan yang spesifik tersebut. 




“Industri animasi, misalnya, butuh orang yang punya kemampuan untuk membuat aset. Atau industri pesawat, perlu orang untuk merawat pesawat. Jadi memang pendidikan vokasi dirancang dengan lebih spesifik agar relate dengan dunia industri,” kata Uuf.


Pengembangan satuan-satuan pendidikan vokasi dengan keunggulan ataupun keterampilan spesifik dan berbasis potensi lokal tersebut, dinilai Uuf, menjadi salah satu praktik baik dari pendidikan vokasi selama ini. Uuf mencontohkan pembangunan SMK yang berada di kawasan industri di Batam, di mana kurikulum disusun bersama dengan industri.

 

“Ini membuat lulusan menjadi benar-benar relate dengan kebutuhan industri yang ada di kawasan mereka,” kata Uuf, yang juga merupakan Direktur Politeknik Negeri Batam.


Uuf juga mengingatkan bahwa saat ini lanskap ekonomi Indonesia memang berbeda. Menurut Uuf, dalam beberapa tahun terakhir pemerintah terus berupaya mendistribusikan ekonomi ke berbagai daerah sehingga mengenali setiap potensi ekonomi daerah dan pengembangan keunggulan yang spesifik dari pendidikan vokasi sangat diperlukan.




Sementara itu, Direktur Axioo Class Program, Timmy Theopelus,  mengingatkan bahwa keunggulan spesifik yang dibutuhkan industri akan senantiasa berubah. Menurut Timmy, kebutuhan akan tenaga kerja bagi industri pada dasarnya selalu tinggi, baik sebelum pandemi maupun pasca pandemi. Hanya saja, spesifikasi yang diperlukan oleh industri terkadang tidak tersedia. 


“Dan spesifikasi yang diperlukan industri ini akan terus berubah sepanjang zaman ya,” ujar Timmy mengingatkan. (Nan/Cecep Somantri)