Mengenal 3 Proses Pascapanen Kopi Menurut SMK PPN Tanjungsari

Mengenal 3 Proses Pascapanen Kopi Menurut SMK PPN Tanjungsari

Sumedang, Ditjen Vokasi – Proses pascapanen kopi sangat penting untuk menentukan kualitas biji kopi yang dihasilkan. Setiap metode memiliki karakteristik dan pengaruh yang berbeda terhadap cita rasa kopi. Oleh karena itu, para petani kopi pun dirasa perlu untuk mengetahui proses dasar pengolahan pascapanen.


Terdapat 3 (tiga) metode yang umum digunakan dalam pengolahan pascapanen. Berikut ini tiga metode pengolahan pascapanen menurut Yusi Aita, guru Konsentrasi Keahlian Agribisnis Tanaman Perkebunan SMK PPN Tanjungsari, Sumedang, Jawa Barat.


  1. Metode Kering 

Metode kering, juga dikenal sebagai metode alami, adalah salah satu cara tertua dan paling sederhana untuk mengolah biji kopi. Buah kopi dipanen saat sudah matang penuh kemudian disebar di atas permukaan yang luas seperti terpal atau meja pengering, dan dijemur di bawah sinar matahari. Buah kopi harus di balik secara berkala untuk memastikan pengeringan yang merata dan mencegah fermentasi berlebih. Proses ini berlangsung hingga beberapa minggu hingga kadar air biji kopi mencapai sekitar 11—12%. Setelah kering, kulit buah dan daging buah yang telah mengering akan dikupas untuk mendapatkan biji kopi hijau.


  1. Metode Basah

Metode basah adalah proses yang lebih modern dan melibatkan penggunaan air dalam pengolahannya. Buah kopi yang sudah matang dan dikupas kemudian dikupas untuk memisahkan kulit dan sebagian besar daging buah. Biji kopi yang masih tertutup sisa daging buah direndam dalam air dan dibiarkan berfermentasi selama 12—48 jam. Fermentasi ini membantu menghilangkan sisa lendir yang menempel pada biji. Setelah fermentasi selesai, biji kopi dicuci bersih dengan air untuk menghilangkan sisa lendir. Biji kopi kemudian dijemur atau dikeringkan dengan mesin hingga mencapai kadar air yang diinginkan. Kopi yang diolah dengan metode basah cenderung memiliki keasaman yang lebih tinggi dan cita rasa yang lebih bersih dan cerah. Profil rasa yang dihasilkan biasanya lebih terang dan kompleks.


  1. Metode Semi Basah

Metode semi-basah, juga dikenal sebagai metode giling basah atau wet-hulled. Metode ini sering digunakan di Indonesia dan beberapa negara lain. Buah kopi yang sudah matang dan dipetik kemudian dikupas untuk memisahkan kulit dan sebagian besar daging buah. Biji kopi yang masih tertutup lendir kemudian dijemur selama beberapa jam hingga kadar airnya berkurang. Lendir yang masih menempel kemudian dikupas dengan menggunakan mesin. Biji kopi dijemur kembali hingga kadar air mencapai sekitar 11—12%. Kopi yang diolah dengan metode semi-basah cenderung memiliki body yang lebih penuh dan keasaman yang lebih rendah. Rasa yang dihasilkan biasanya memiliki nuansa tanah dan rempah.

Itu dia tiga metode pascapanen yang biasa digunakan untuk mengolah buah kopi setelah panen. Memahami berbagai metode pascapanen kopi sangat penting untuk menghargai keragaman rasa yang dihasilkan. Setiap metode membawa keunikan dan karakteristik tersendiri yang berkontribusi pada kekayaan cita rasa kopi. Pilihan metode pengolahan tidak hanya bergantung pada tradisi dan kondisi geografis, tetapi juga pada preferensi rasa yang ingin dihasilkan oleh petani kopi. (Aya/Cecep)