Mima’s: Butik Tefa LKP Ayu Busono Berikan Sentuhan Hangat Kebaya Nusantara

Mima’s: Butik Tefa LKP Ayu Busono Berikan Sentuhan Hangat Kebaya Nusantara

Tulungagung, Ditjen Vokasi - Pendidikan vokasi memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan kompetensi dengan pembelajaran berbasis proyek, salah satunya melalui teaching factory (Tefa). Tak hanya SMK maupun politeknik, satuan pendidikan vokasi di lembaga kursus dan pelatihan (LKP) pun memiliki Tefa. Salah satu LKP yang sukses mengembangkan Tefa adalah LKP Ayu Busono, Tulungagung, Jawa Timur.


Sebagai lembaga kursus menjahit, LKP Ayu Busono memiliki butik dan pesanan customade bernama Mima’s. Tefa tersebut semakin berkembang dengan pesat mulai tahun 2020.


“Sebelumnya Tefa sudah ada sejak dulu, tetapi mulai merambah ke media sosial sejak operasional diambil alih oleh anak saya,” jelas Ernarini Indraswati selaku Pendiri dan Pemimpin LKP Ayu Busono.


Dalam mengembangkan Tefa, LKP Ayu Busono mengajak beberapa peserta didik dan juga alumni untuk memproduksi beberapa busana. Terlebih saat ada pesanan dari luar Tulungagung.


Ernarini menjelaskan, “Banyak pelanggan saya yang dulu tinggal di Tulungagung lalu pindah, tapi masih order kebaya ataupun seragam tetap di Tefa LKP.”


Sentuhan Kebaya Ciri Khas Ayu Busono


Menekuni kursus menjahit sejak 1990-an, Ernarini menjadi pionir kursus menjahit di Tulungagung. Transformasi Tefa LKP pun semakin cepat dengan bantuan sang anak, Rintan Gustyaning Arum. Memiliki ketertarikan di bidang fesyen sejak masih di bangku sekolah, membuat Rintan pun membantu ibunya untuk mengembangkan LKP.


“Hal pertama yang menjadi fokus utama saya adalah mengembangkan brand Mima’s untuk pengembangan Tefa LKP,” ungkap Rintan.


Berdasarkan penjelasan Rintan, identitas brand menjadi hal yang penting untuk mengembangkan bisnis. Maka dari itu, ia pun ingin memaksimalkan Tefa yang sudah ada. Dari dulu, Ayu Busono sudah memiliki ciri khas dalam pembuatan kebaya, yaitu dengan motif payet. 


“Busana-busana LKP Ayu Busono ciri khasnya adalah di payet dan juga teknis jahitannya lebih halus,” tutur Rintan.


Identitas itulah yang ditekankan ke peserta didik di LKP Ayu Busono. Jahitan dan kreasi payet menjadi hal penting agar brand Tefa LKP bisa tetap eksis di pasaran. 


Ide-ide Segar Pengembangan Tefa

Dalam mengembangkan Tefa, tentu saja Rintan berupaya semaksimal mungkin untuk menyesuaikan pasar terkini. Selain menerima jahitan dari berbagai klien, Mimas juga memproduksi gamis, outer wastra, baju anak, dan baju keluarga. 


“Kemarin saya punya ide untuk membuat mini collection hari raya dan semuanya laku terjual,” ungkap Rintan.


Tak hanya itu, dengan rajin mengunggah konten media sosial di Instagram @mimas.idn, Tefa LKP pun seringkali mendapatkan banyak order pembuatan busana. Baru-baru ini, LKP tersebut pun mendapatkan orderan puluhan seragam kebaya untuk ibu-ibu bhayangkari. Dari Tefa tersebutlah, LKP pun sudah mendapatkan omzet Rp15 juta.


Tak hanya bermanfaat untuk LKP, Tefa tersebut tentu sangat bermanfaat untuk para peserta didik terpilih dan juga alumni. Linda, selaku peserta didik program reguler pun mendapatkan peran untuk memproduksi busana.


“Yang saya suka dari LKP Ayu Busono adalah punya Tefa ini. Untungnya saya terpilih ikut produksi sehingga saya bisa meningkatkan keterampilan,” ungkap perempuan asal Tulungagung tersebut.


Menurut Linda, memproduksi busana di Tefa Mima’s adalah sebuah kepercayaan yang besar karena itu artinya keterampilan yang ia punya sudah bisa terlihat. Dengan begitu, setelah lulus dari kursus tersebut ia bisa yakin mengembangkan usaha.


“Di sini model-model busananya pun kekinian tanpa menghilangkan identitas kebaya, jadi bisa mengembangkan kreativitas saya juga,” pungkas Linda. (Zia/Cecep)