Pupuk Gaspol, Pupuk Organik Buatan Siswa SMKN 1 Kuripan

Pupuk Gaspol, Pupuk Organik Buatan Siswa SMKN 1 Kuripan

Lombok Barat, Ditjen Vokasi – Seiring kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kesehatan dan lingkungan, tren penggunaan bahan-bahan organik pun menjadi salah satu fokus perhatian kita. 


Mungkin sebagian dari kita ada yang sering bertanya kepada pedagang terkait bahan dagangannya, apakah menggunakan bahan kimia atau sepenuhnya organik. Biasanya ini sering ditanyakan saat kita membeli bahan-bahan pangan seperti beras, sayuran, dan buah-buahan.


Hal ini tentunya tidak salah karena kesehatan merupakan sesuatu yang sangat penting dan perlu kita jaga. Ibarat pepatah lebih baik mencegah dari pada mengobati. Maraknya penggunaan bahan-bahan organik menuntut industri untuk menyediakan pupuk organik guna memenuhi permintaan pasar. 


Melalui pembelajaran berbasis industri atau teaching factory (Tefa), SMKN 1 Kuripan, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat mencoba memenuhi kebutuhan pupuk organik dengan memproduksi berbagai bentuk pupuk organik, mulai dari yang cair dan padat. Semua pupuk ini dibuat langsung oleh siswa-siswi SMKN 1 Kuripan.


Siswa SMKN 1 Kuripan, Zohar Mukmin, mengutarakan bahwa pembuatan pupuk organik ini merupakan salah satu upaya yang coba dilakukan oleh sekolah untuk mengurangi efek buruk dari adanya sampah. 


“Di lingkungan itu kan banyak tuh sampah-sampah. Sebagai pelajar kita juga perlu untuk memikirkan langkah yang tepat terkait pengolahan sampah agar sampah-sampah yang kita jumpai ini tidak langsung bermuara ke tempat pembuangan akhir dan bisa bermanfaat untuk lingkungan juga,” ucap Zohar.




Terdapat dua jenis pupuk padat karya SMKN 1 Kuripan, yaitu pupuk padat bokashi dan pupuk padat takakura. Perbedaannya terletak di bahan dasar pembuatannya. Pupuk padat bokashi merupakan pupuk hasil fermentasi bahan organik seperti rumput, sampah organik, dan kotoran kandang, sedangkan pupuk padat jenis takakura merupakan pupuk padat yang diolah dari sampah-sampah rumah tangga. Pupuk ini diolah menggunakan teknologi EM4/MOLASE yang dibuat sendiri di sekolah.


“Kami tak hanya membuat pupuk yang padat, tetapi kami juga buat pupuk cair. Pupuk ini dibuat melalui proses fermentasi sehingga menghasilkan larutan hasil pembusukan dari sisa tanaman, kotoran hewan, maupun kotoran manusia. Teknologi yang digunakan pun sama yakni EM4/MOLASE,” ucap Zohar.


Pupuk organik yang diberi merk Gaspol ini berfungsi untuk menyuburkan tanah, meningkatkan pertumbuhan tanaman dan produksi tanaman. Produk yang telah jadi kemudian dipasarkan langsung di sekolah.


“Biasanya konsumen datang langsung ke sekolah untuk membeli pupuk Gaspol. Selain itu pupuk organik SMKN 1 Kuripan ini juga bisa dijumpai saat ada event bazar yang digelar oleh dinas terkait. Harga produk ini pun cukup terjangkau mulai dari 7 ribu menyesuaikan ukuran dan jenisnya,” tutur Hairul Ahmad, Kepala SMKN 1 Kuripan.


Zohar menambahkan bahwa dari pembuatan pupuk organik di sekolah memberikan pengalaman tersendiri bagi dirinya dan siswa lainnya. Pasalnya mereka juga mempraktikan itu semua di lingkungan tempat tinggalnya sehingga sampah-sampah yang tadinya tidak bermanfaat bisa memberikan manfaat untuk menyuburkan tanaman. (Aya/Cecep)