‘SMEET’ Polinema Raih Bronze Award di WYSII 2022

‘SMEET’ Polinema Raih Bronze Award di WYSII 2022

Malang, Ditjen Vokasi - SMEET atau System for Minimize The Exposure Effects of Toluene to Occupational Health and Safety Based on Internet of Things (IoT) karya inovasi mahasiswa Politeknik Negeri Malang (Polinema) berhasil meraih Bronze Award pada ajang World Youth STEM Invention Innovation (WYSII) 2022. 

 

SMEET merupakan sistem untuk meminimalisasi dampak paparan toluena bagi kesehatan dan keselamatan kerja berbasis IoT. SMEET dikembangkan oleh Galang Gastiadi dan Narulita Dwi Nugrahaini dari Prodi D-IV Teknik Jaringan Telekomunikasi Digital serta Hanifah Rifki Sakib Thalib dan Kautsar Luthfian Ramadhan dari Prodi D-IV Teknik Kimia Industri. 

 

WYIIA 2022 sendiri merupakan kompetisi internasional yang diselenggarakan Indonesian Young Scientist Association (IYSA), yang bertujuan memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk memamerkan karya/proyek, meningkatkan kualitas dan jenis proyek yang telah berkontribusi pada perkembangan dunia, mengembangkan jiwa kreativitas di dunia internasional, keterampilan penelitian ilmiah dan semangat inovasi, serta ajang bertukar pengalaman inovasi dan penemuan di kalangan mahasiswa di seluruh dunia. 

 

Kompetisi internasional virtual yang fokus pada bidang sains, teknologi, teknik, dan matematika ini diikuti oleh 251 tim dari 13 negara, di antaranya Malaysia, Indonesia, Thailand, Filipina, Vietnam, Brazil, Turki, dan Rusia. Lima kategori yang dilombakan pada WYSII 2022, yaitu Physics & Engineering, Computer Science & Artificial Intelligence, Life Science, Social Science, dan Environmental Science. 

 

Mewakili timnya, Galang mengatakan, SMEET bertujuan untuk meminimalisasi dampak paparan toluena. Toluena sendiri merupakan bahan kimia dengan aroma yang kuat dan khas. Biasanya, toluena  digunakan sebagai pelarut cat pada proses pencetakan kantong plastik. 

 

Sebagai bahan kimia, toluena mudah menguap, tidak berwarna, dan sering digunakan sebagai pelarut cat, campuran bensin, cat kuku, dan pelarut dalam bisnis percetakan. Paparan zat ini bisa berdampak pada kesehatan dan keselamatan kerja. 

 

Pekerja yang menggunakan toluena sebagai pelarut dapat memiliki masalah kesehatan, seperti pusing, vertigo, iritasi mata, iritasi kulit, masalah pernapasan, gangguan hati, ginjal, dan sistem saraf ventral. 

 

Masuknya toluena ke dalam tubuh dapat melalui tiga jalur, yakni jalur utama inhalasi, jalur konsumsi, dan kontak kulit, kata Galang. 

 

Lebih lanjut, Galang mengatakan, SMEET bekerja otomatis dan dapat dikontrol melalui android untuk mengatur suhu dan kelembaban tempat kerja. “Selain itu, sistem ini dapat memonitoring secara real time kandungan senyawa toluena di lingkungan kerja serta memberikan peringatan apabila kadar toluena di udara berbahaya bagi pekerja. Pada kompetisi ini kami ikut di kategori physics and engineering,” jelasnya. (Diksi/Nan/AP)