Yang Hasilkan Banyak Produk hingga Cetak Rekor Muri

Yang Hasilkan Banyak Produk hingga Cetak Rekor Muri

Pekalongan, Ditjen Diksi - Berjumlah sekitar 14 ribu se-Indonesia, sekolah menengah kejuruan (SMK) tentunya memiliki peran penting dalam proses pembelajaran generasi muda di Indonesia. Salah satunya yang diharapkan mencetak sumber daya manusia unggul adalah SMK Muhammadiyah 1 Pekalongan, Jawa Tengah.

Berdiri sejak 1977, salah satu SMK favorit di Kota Batik ini diketahui menyelenggarakan pendidikan di bidang teknologi dan rekayasa dengan enam program keahlian dan kompetensi, yaitu teknik rekayasa perangkat lunak, teknik instalasi tenaga listrik, teknik permesinan, teknik kendaraan ringan, teknik bodi otomotif, dan teknik sepeda motor (TSM). Sebagai program studi baru sejak 2013, TSM telah bekerja sama dengan bengkel AHASS dalam memberikan pelatihan sesuai dengan kompetensi sepeda motor. 

SMK Muhammadiyah 1 Pekalongan sendiri memiliki empat gedung lantai dua yang digunakan sebagai gedung teori, kantor, serta laboratorium komputer, bahasa, dan IPA. Selain itu, sekolah ini juga memiliki satu gedung yang berfungsi sebagai bengkel teknik bodi otomotif dan permesinan, serta satu gedung lainnya yang difungsikan sebagai bengkel teknik kendaraan ringan (otomotif).

Sepanjang perjalanannya, sekolah kejuruan ini tercatat telah mengukir banyak prestasi, baik di dalam maupun luar negeri. Salah satunya adalah keberhasilan SMK Muhammadiyah 1 Pekalongan dalam  menyelenggarakan kegiatan luar biasa berupa perakitan 1.000 lampu hemat energi yang berhasil memecahkan Rekor Muri. Hingga kini, produk lampu energi tersebut telah diproduksi secara massal dan dipasarkan secara legal kepada masyarakat Kota Pekalongan.  Tak ayal, kegiatan yang dilaksanakan pada 25 November 2012 silam ini telah membuktikan bahwa SMK sebagai lingkungan pendidikan mampu berkarya untuk masyarakat dengan kurikulum yang selaras dan kompeten.

Selain giat mengukir prestasi, SMK ini juga telah melahirkan beberapa alat prakarya yang sangat membantu pekerjaan masyarakat sekitar, seperti pembuatan panel surya untuk sumber daya listrik, mesin pencetak batik, portable hand wash machine, alat pembangkit listrik bertenaga air yang akan dialokasikan ke irigasi air di persawahan, dan eco booth. Tak berhenti di situ, sekolah yang kini memiliki jumlah siswa sebanyak 881 siswa dan 57 guru ini juga menyelenggarakan program “SMK Muhammadiyah Pekalongan Bangun Desa dengan Melek Teknologi”. Program ini merupakan program kursus service HP gratis bagi warga lingkungan sekitar yang diinisiasi oleh siswa jurusan keahlian rekayasa perangkat lunak. 

Selain menekankan pada kualitas pendidikan teori dan praktik pada siswa, SMK yang telah ditetapkan sebagai sekolah rujukan pada 2017 lalu ini juga menerapkan pendidikan karakter yang kuat pada masing-masing siswa. Hal ini dilandasi oleh kesadaran tenaga pengajar akan pentingnya karakter untuk menciptakan generasi yang siap kerja. 

Menurut Lies Triati Nur selaku Kepala SMK Muhammadiyah 1 Pekalongan pada saat kunjungan tim publikasi vokasi Kemendikbud beberapa waktu lalu, kepemilikan karakter dan sikap yang baik merupakan satu hal yang tak kalah penting dengan kemampuan siswa dalam mengoperasikan alat, terutama dalam kesiapan siswa dalam memasuki dunia industri.

“Ketika kita bekerja sama itu yang kita utamakan adalah attitude dan  keterampilannya. Kalau keterampilan saja tapi tidak didukung oleh attitude, nanti ketika latihan dia akan kabur,” terang Lies.

Dibekali oleh sarana dan prasana yang lengkap, SMK ini telah berhasil menerapkan program teaching factory (Tefa) sebagai salah satu kurikulum yang mendorong produktivitas siswa dalam berkarya. Hal tersebut juga didukung oleh tenaga pengajar profesional di masing-masing laboratorium. Seperti yang ditemukan pada laboratorium TSM, siswa terlihat antusias melakukan kegiatan praktik belajar terhadap mesin sepeda motor. Di samping itu, siswa yang hadir juga diajarkan manajemen bisnis yang diharapkan dapat menumbuhkan jiwa entrepreneurship di dalam diri masing-masing siswa.

“Nanti aktualisasinya di kelas tiga. Ini program kelas dua untuk magang, lalu digabungkan kembali di kelas tiga. Nantinya, secara mandiri mereka melakukan manajemen bengkel. Biasanya anak-anak (siswa SMK, red) juga melakukan service gratis untuk guru-guru,” jelas Lies.

Dengan pendidikan karakter yang kuat mengenai disiplin, kejujuran, integritas, dan berakhlak mulia, Lies berharap lulusan SMK Muhammadiyah 1 Pekalongan dapat memberikan banyak manfaat bagi masyarakat sekitar. “Tujuan kami mengajar di sekolah memang untuk membentuk insan mulia yang kompeten sehingga akhlak yang kami utamakan, agar siswa ke depannya juga bisa bermanfaat bagi masyarakat banyak,” pungkas Lies. (Diksi/TM/AP)