Belajar untuk Bekerja, Mandiri, dan Sejahtera

Ditjen Diksi - Pendidikan merupakan penggerak bangsa untuk maju dan menjadi lebih baik karena menghadirkan manusia yang paham dan berkompeten menghadapi berbagai realitas dan kemungkinan yang ada di masyarakat termasuk bagaimana memecahkan masalahnya. Oleh karena itu, sektor ini menjadi prioritas yang penting oleh negara untuk membangun keberadaannya di tengah persaingan dunia. Pendidikan yang tepat sasaran adalah idaman dan menjadi isu yang diperbincangkan hingga saat ini.

Harapan agar pengetahuan dapat dengan maksimal diperoleh setiap peserta didik secara terspesifikasi dan spesial pada bidang minatnya berlanjut pada kemampuannya yang tepat untuk menghadirkan produk yang berkualitas. Sikap professional ini kemudian mampu menjadi nilai bagi kualitas manusia dari suatu bangsa atau negara di mata dunia.  

Pendidikan vokasi merealisasikan tujuan dan cita-cita tersebut secara terapan atau aplikatif. Pendidikan vokasi juga tidak kalah hebatnya dalam menghadapi ketatnya persaingan untuk menghasilkan manusia yang optimal. Terdapat jalinan yang harmonis antara materi belajar, wacana, dan hasil yang diberikan oleh pendidikan vokasi. Mulia (2016: 115) menggarisbawahi vokasi sebagai bagian dari praktik literasi yang optimal karena peserta didik menempatkan dirinya siap sebagai bagian dari masyarakat dengan karirnya karena semua materi yang dibutuhkannya telah disediakan oleh sekolah maupun perguruan tingginya untuk mencapai tujuan tersebut. Literasi adalah sikap “melek” terhadap fenomena di sekitarnya. 

Ini menjadi nilai plus bagi vokasi yang menerapkan secara riil antara pendidikan dan kesempatan untuk memperoleh hidup yang lebih sejahtera melalui berbagai kompetensi yang penerapannnya dilakukan secara aktif dan aplikatif. Mengedepankan praktik, menjadi keunggulan yang dibanggakan oleh vokasi. Pada tingkat perguruan tinggi, jumlah SKS mata kuliah praktik lebih banyak.

 

Mengoptimalkan Pemuda

Melalui cara pandang pendidikan yang aplikatif, vokasi dapat dipercaya untuk membangun Indonesia. Bonus demografi yang diproyeksikan terjadi era ini menjadi sumber daya yang tepat ditangani oleh vokasi untuk meningkatkan sumber daya manusia Indonesia untuk produktif. Dimulai sejak tahun 2012, bonus demografi akan mencapai puncaknya pada tahun 2028-2030 sebagai suatu fenomena menarik yang terjadi hanya sekali dalam setiap peradaban bangsa (Infografik Badan Pusat Statistik RI, 2016).

Terdapat 180 juta orang berusia produktif dimana setiap 10 (sepuluh) orang hanya menanggung 3-4 orang  berusia tidak produktif (Antara News, diakses 27 Maret 2017).  Ini berarti, terdapat lebih banyak pemuda. Sebagai pemuda, apa yang berhak mereka peroleh? Pendidikan! 

Ilmu terapan yang dihadirkan pendidikan vokasi mempersiapkan peserta didik menjadi praktisi. Mereka adalah pelaksana roda perkembangan negeri. Pendidikan vokasi – apabila benar-benar serius digarap dan dihayati oleh masyarakat untuk ikut berpartisipasi, mampu mengoptimalkan jumlah pemuda yang besar ini dalam menciptakan kehidupan yang lebih sejahtera. Hal ini penting dalam menggerakkan perkembangan negara, termasuk perekonomian, karena vokasi unggul dalam kerjasamanya dengan dunia usaha dan industri.

Sebagai pengajar yang juga terlibat dalam pendidikan vokasi di bidang hotel, pelayaran, dan pramugari , penulis menemukan temuan yang menarik dari peserta didiknya. Magang dan bekerja di luar negeri menjadi sesuatu yang mengagumkan untuk dialami. Bisa memperoleh pengalaman baru di negeri orang, hingga mendapatkan gaji yang besar pasti menjadi alasan mereka untuk memilih vokasi.

Tetapi bukan itu alasan pertama mereka. Selain membantu orang tua, mereka memiliki cita-cita untuk berwirausaha. Ada yang ingin memiliki restoran, hotel, jasa transportasi, butik,  dan bisnis lainnya yang dikelola secara mandiri. Terlihat bahwa mereka memiliki keinginan yang besar untuk bisa memperoleh modal sebesar-besarnya sekaligus menyalurkan semangat wirausahanya itu.

Data Kementerian Koperasi dan UKM pada tahun 2014 menunjukkan bahwa dari 253, 61 jiwa penduduk Indonesia, hanya 1,65 persen saja yang menjadi wirausaha. Kita membutuhkan lebih banyak wirausahawan. BPS RI juga merilis, sektor ekonomi yang digeluti pemuda adalah jasa (51,94%) dan manufaktur (25,03%). Ini adalah bidang kajian vokasi. Ini menjadi bagian dari perekonomian yang dapat dimaksimalkan dari produk SDM vokasi. Potensi itu sudah ada dan penting untuk merealisasikannya lebih nyata.

 

Profesional dan berkualitas

Berjalannya pendidikan vokasi yang aktif dan produktif menjadi cara yang unik untuk menghadirkan semangat rakyat yang gigih dan mandiri. Hasil yang dicetak oleh pendikan vokasi dapat menjadi pemicu tumbuhnya kesejahteraan mulai dari setiap individu hingga memberikan manfaat kepada sekitarnya.

Selain itu, mobilitas mereka yang aktif antar negara dapat menjadi komparasi mutu tenaga kerja. Apalagi, kompetisi tenaga kerja saat ini yang bebas memerlukan semangat yang kompetitif. Sebagaimana ditulis dalam Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia oleh Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia (2015: 2), Indonesia telah meratifikasi berbagai konvensi internasional seperti GATS (General Agreement on Trade in Services – 5 April 1994), WTO (World Trade Organization– 1 Januari 1995), AFTA (Asean Free Trade Area - 1992 ), Regional Convention, serta the Recognition of Studies, Diplomas and Degrees In Higher Education in Asia and the Pacific (16 Desember 1983 yang kemudian diperbaharui pada tanggal 30 Januari 2008). Sumber daya manusia yang secara optimal dicetak oleh vokasi dapat menghadirkan mutu tenaga kerja yang berkualitas. Tidak hanya hard skill yang tampak dari keterbiasaannya melakukan praktik, tetapi juga pengaruhnya terhadap produk yang dapat dihasilkan.

Di bidang akademik, pendidikan vokasi juga memberikan kesempatan untuk berkarir. Terdapat jenjang pendidikan hingga S3, yaitu untuk mendapatkan gelar Doktor Ilmu Terapan.  Bahkan dosen program doktor terapan diperbolehkan jadi pembimbing utama jika sudah pernah memublikasikan minimal dua karya ilmiah pada jurnal internasional terindeks yang diakui Ditjen Dikti (Permendikbud No. 49/2014 Pasal 26 Ayat 10(b)).

Jadi, tidak ada yang dikhawatirkan dari vokasi sebagai pilihan pendidikan yang bergengsi. Pendidikan vokasi melatih pemuda menjadi praktisi yang handal – dimana kehadirannya diperlukan di masyarakat dengan seluruh kebutuhannya sehingga kehidupan dapat berjalan dengan baik. Kemudian, keinginan untuk meniti karir akademik tetap terbuka lebar, bahkan hingga professor.