Blusukan Ke Solo, Dirjen Diksi: ‘Link And Match’  SMK Sudah Sesuai Kebutuhan Industri

Blusukan Ke Solo, Dirjen Diksi: ‘Link And Match’ SMK Sudah Sesuai Kebutuhan Industri

Jakarta, Ditjen Diksi - Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi (Ditjen Diksi) Kemendikbud Wikan Sakarinto pada Kamis (23/07) melakukan blusukan atau kunjungan mendadak ke 3 sekolah menengah kejuruan (SMK), yakni SMKN 2 Surakarta, SMK Warga Surakarta, dan SMK Muhammadiyah 1 Sukoharjo.  Kunjungan ini dilakukan guna mengecek secara langsung berjalannya program “link and match” di ketiga SMK tersebut.

“Jadi, kami ingin mengecek kurikulum ‘link and match’ itu sudah sesuai dengan kebutuhan industri atau belum. Saya juga ingin mengecek seberapa jauh SMK ‘menikah’ dengan industri,” tutur Wikan. 

Adapun hasilnya, terang Wikan, ternyata kurikulum yang diterapkan ketiga SMK tersebut sudah ‘link and match’.  Selain itu, tercatat 75 persen pengajarnya setiap tahun di-training oleh industri dan tersertifikasi. “Jadi, ketiga SMK tersebut setiap 3 tahun sekali mengubah kurikulumnya sesuai masukan dari industri. Misalnya, ada teknologi baru dalam industri lalu dimasukkan ke dalam kurikulum,” jelasnya.

Wikan juga menyatakan kebanggaannya kepada ketiga SMK tersebut karena memiliki daya serap lulusan yang tinggi hingga mencapai 93 persen. “Mayoritasnya langsung bekerja di industri, sisanya melanjutkan ke perguruan tinggi dan melakukan wirausaha,” ujarnya.

Bahkan, salah satunya, yakni SMK Warga diketahui telah berhasil membuat mesin CNC beserta controller-nya. Pihak SMK juga sudah menggandeng pihak industri, yakni King Manufactur, untuk memproduksi mesin secara massal. Mengusung brand HKI (Hasil Karya Indonesia), karya besutan para siswa SMK ini telah masuk dalam sistem aplikasi pengadaan sekolah sehingga dapat diberi secara legal di pasaran.

“Ini hasil karya yang harus dibeli SMK dan politeknik se-Indonesia, khususnya jurusan teknik mesin dan manufaktur,” harap Wikan.

Sementara itu SMK Muhammadiyah 1 Sukoharjo diketahui telah memproduksi alat-alat kesehatan untuk rumah sakit di sekitarnya sebanyak 20-40 unit per bulannya. 

Menurut Wikan, fasilitas pembelajaran yang dimiliki ketiga SMK tersebut juga tidak kalah dengan sekolah di luar negeri. Meski demikian, kurikulum SMK juga perlu ditingkatkan guna meningkatkan soft skill. “Jadi, siswa SMK tidak hanya hebat dalam teknologi, tapi juga berkomunikasi serta berinteraksi,” jelas Wikan

Ke depan, Wikan berjanji akan mengunjungi sekolah lainnya, terutama yang belum mendapat “sentuhan” bantuan dari pemerintah. “Kalau semua SMK di Indonesia seperti ketiga SMK tersebut, Indonesia akan maju,” ujarnya.

Menyoal pengaruh pandemi saat ini, Wikan menjelaskan bahwa pihak sekolah juga telah menjelaskan adanya penurunan serapan, namun masih dalam batas yang masih bisa ditoleransi. Karenanya, “Saat ini pemerintah mendorong mereka (pendidikan dan industri, red) semakin erat. Terlebih, Presiden Jokowi juga terus mendorong perekonomian agar industri dapat terus berjalan di era new normal ini,” tuturnya.

Wikan merasa puas dengan kunjungannya terhadap ketiga SMK tersebut, Ia pun berpesan agar siswa/i SMP tidak akan ragu lagi memilih SMK untuk masa depannya.(Diksi/AP/AS)