Giatkan ‘Link and Match’, LKP Cetak SDM Kompeten

Giatkan ‘Link and Match’, LKP Cetak SDM Kompeten

Tasikmalaya, Ditjen Diksi – Selain sekolah menengah kejuruan (SMK) dan pendidikan tinggi vokasi, pemerintah juga turut mendukung lembaga kursus dan pelatihan (LKP) dalam menciptakan SDM yang unggul dan kompeten. Terlebih, LKP memang ditujukan guna memberikan pelatihan singkat kepada warga mengenai skill yang sesuai dengan lingkungan sekitar. Begitu juga dengan Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) Anugrah Pratama di Kecamatan Mangkubumi, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat. Hadirnya LKP yang bergerak di keahlian menjahit ini memang dimaksudkan guna memenuhi kebutuhan SDM industri di sekitarnya yang bergerak di bidang konveksi. 

Berdiri sejak 2004 dan mulai beroperasi tahun 2007, LKP ini telah memiliki 129 peserta didik, 25 peserta program PKK, 26 peserta program regular, dan 26 program swadaya. “Tantangannya itu adalah susahnya mengubah pandangan masyarakat bahwa menjahit itu adalah pekerjaan yang mudah dan mempunyai masa depan yang cerah,” ungkap Eulis Aminatussa’diyah selaku pengajar LKP Anugrah Pratama. 

Oleh karena itu, perlahan Eulis dan tim berusaha menjelaskan kembali akan keunggulan mengenyam pendidikan kursus dan pelatihan yang prosesnya tidak membutuhkan waktu yang lama, namun output yang dihasilkan sangat menjanjikan. Eulis juga kerap meyakinkan para peserta dan warga sekitar bahwa keahlian menjahit kini telah banyak diminati dan dicari oleh industri, bahkan bisa digunakan oleh masing-masing individu untuk berwirausaha. 

Bukan janji semata, usaha Eulis pun membuahkan hasil dengan semakin banyaknya peserta lulusan LKP Anugrah Pratama terserap di perusahaan garment, ini merupakan bentuk nyata “link and match” LKP dengan dunia industri dan dunia kerja. Tak ayal, hal ini menjadikan masyarakat semakin percaya bahwa output yang dihasilkan oleh LKP ini memiliki daya komptensi yang menjanjikan. “Dengan banyaknya lulusan/alumni yang sudah berhasil bekerja di garment dan membuka usaha mandiri, masyarakat dan tokoh masyarakat pun percaya akan keberhasilan pembelajaran vokasi,” paparnya.

Selain menjahit, LKP Anugrah Pratama juga memberikan materi dasar yang harus dimiliki oleh masing-masing peserta, seperti mendesain pakaian, menggambar dan menggunting pola, teknik mengukur badan, serta teknik memotong bahan sampai proses menyambungkan potongan kain menjadi satu kesatuan busana. “Di sini ada dua program, yaitu program kewirausaan level 1 dan 2, 15 model pakaian lama belajar 3 bulan. Kemudian program level 3, 20 model pakaian dengan lama belajar 4 bulan,” jelas Eulis.

Dengan hasil output yang maksimal, kini LKP Anugrah Pratama telah menjalin kerja sama dengan beberapa industri dalam bentuk penyaluran tenaga kerja, yakni PT Agung Kreasi Harmoni, PT Sansan Saudaratex Jaya, dan PT Teodore Pan Garmindo. Tentunya, dengan diterapkannya program “link and match” ini kian menambah keyakinan warga sekitar akan fungsi LKP dalam memperbaiki roda ekonomi daerah. “Masyarakat sangat terbantu dengan penerapan inovasi yang diberikan, karena dengan level 1 dan 2 saja mereka sudah bisa membuka usaha sendiri,” ujar Eulis.

Meski demikian, kondisi yang cukup memuaskan ini tidak menyurutkan semangat LKP Anugrah Pratama dan para tenaga pengajar untuk terus meningkatkan mutu dan kualitas pembelajaran. Hal ini dapat diketahui dari program-program inovasi yang terus dilakukan LKP, seperti meningkatkan SDM tenaga pengajar serta menambahkan kapasitas sarana dan prasarana. Keinginan LKP Anugrah Pratama untuk terus bergerak maju juga dapat dilihat dari prestasi yang diraih oleh peserta pelatihan maupun kelembagaan, salah satunya adalah Juara 1 Lomba Kelembagaan LKP tingkat Kota Tasikmalaya yang didapatkan pada 2018 lalu. 

Dengan semangat untuk terus berkembang, meningkatkan kualitas, dan berkarya, Eulis dan tenaga pengajar lainnya berharap bahwa ke depannya LKP Anugrah Pratama dapat berkembang menjadi Politeknik Tata Busana. “Target kami ingin menjadikan lembaga ini menjadi politeknik tata busana se-Priangan Timur,” tegasnya. 

Eulis pun mengaku terharu ketika beberapa lulusan LKP datang kembali untuk mengabarkan kesuksesan mereka dalam berwirausaha. Hal ini juga terkadang menimbulkan kebanggan tersendiri akan ilmu yang diberikan semasa proses pembelajaran dapat diterapkan dengan baik di kehidupan nyata. Eulis berharap, ke depannya kebijakan-kebijakan yang dibuat mengenai sistem kursus dan pelatihan dapat diterapkan secara lebih merata di masyarakat. “Menurut saya, kebijakan yang telah dikeluarkan pemerintah pusat maupun daerah sudah mencakup kebutuhan kami untuk perkembangan lembaga. Adapun yang menjadi masalah adalah di lapangan, tinggal penerapannya saja agar merata, mulai dari SDM, sarpras, hingga lain-lainnya,” jelasnya. 

Sepakat dengan Eulis, Ajang Suryana selaku peserta yang mengaku mengikuti kursus karena terdorong oleh kecintaannya terhadap dunia fashion ini juga mengungkapkan kebahagiaanya dalam mengikuti proses belajar. Menurutnya, kemampuan menjahit tidak hanya berguna untuk memenuhi kebutuhan industri, namun juga berpeluang besar bagi masing-masing peserta untuk berwirausaha. Bercita-cita untuk memiliki label fashion sendiri, Ajang berharap LKP dapat senantiasa berada di tengah masyarakat untuk terus mengedukasi.

“Tetap ada di tengah masyarakat, semakin berkembang, dan terus memberi peluang untuk orang di sekitar agar senantiasa mendapat pembelajaran terkait teknik busana, sehingga akan menjadi peluang usaha,” pungkas Ajang. (Diksi/TM/AP)