Ikhtiar Mandiri dari Karya Inovasi Vokasi

Ikhtiar Mandiri dari Karya Inovasi Vokasi

Surabaya, Ditjen Vokasi - Membangun kemandirian bisa dimulai dengan meningkatkan inovasi dalam negeri serta membeli dan bangga buatan produk Indonesia. Sebagai pendidikan yang mengedepankan pada pola keahlian, keterampilan, dan kompetensi, pendidikan vokasi berupaya mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, serta inovasi agar bisa menghadirkan inovasi-inovasi produk yang menjadi solusi di berbagai bidang.

 

Misalnya saja melalui produk ship simulator hasil pengembangan Balai Besar Pengembangan Penjaminan Mutu Pendidikan Vokasi Bidang Mesin dan Teknik Industri (BBPPMPV BMTI) Cimahi, Jawa Barat. Produk ini menjadi salah satu produk karya vokasi yang ikut dipamerkan pada gelaran Mahakarya Vokasi bertajuk “Vokasiland-Road to Hakteknas 2022” di Grand City Mall, Surabaya, Jawa Timur, pada 28-31 Juli 2022. Produk karya BBPPMPV BMTI ini lahir dari kebutuhan akan ship simulator sebagai media belajar para siswa di SMK-SMK bidang kemaritiman di Indonesia.  

 

"Masih jarang sekali SMK yang punya ship simulator. Kalaupun ada, biasanya ship simulator impor yang harganya sangat mahal. Belum lagi biaya perawatan alat yang harus ditanggung sendiri oleh pihak sekolah," kata Puji Jaka Percaka dari BBPPMPV BMTI di sela-sela pameran. 

 

Puji mencontohkan ship simulator yang dimiliki oleh SMKN 1 Mundu di Cirebon, Jawa Barat. SMK dengan bidang kompetensi kemaritiman ini memang memiliki ship simulator untuk belajar siswa, tetapi buatan India. Selain harganya yang mahal, biaya perawatan untuk ship simulator tersebut juga cukup membuat sekolah kewalahan. 

 

"Setiap kali mau perawatan, mereka (SMKN 1 Mundu, red) harus mendatangkan teknisinya dari India. Sudah berapa coba biayanya, belum untuk akomodasi teknisinya, apalagi kalau ada kerusakan," kata Puji. 

 

Selian biaya perawatan yang tak sedikit, fitur-fitur dalam ship simulator tersebut juga dirasa kurang sesuai dengan kondisi real dermaga atau pelabuhan-pelabuhan di Indonesia. Simulator buatan luar negeri tersebut hanya menggunakan gambaran pelabuhan secara umum. Sementara itu, ship simulator buatan BMTI Cimahi menggunakan visualisasi pelabuhan-pelabuhan di Indonesia yang real.

 

“Kami kerja sama dengan TNI Angkatan Laut. Jadi, ada sekitar enam pelabuhan dermaga yang bisa dipilih oleh siswa, misalnya Pelabuhan Tanjung Priok, Pelabuhan Perak, dan Pelabuhan Merak,” ujar Puji.

 

Menurut Puji, sebagai negara kepulauan, Indonesia tentu membutuhkan banyak profesional andal di bidang kemaritiman, termasuk untuk bidang transportasi laut. Oleh karena itulah, kebutuhan ship simulator sebagai media belajar menjadi keharusan untuk menghasilkan lulusan yang benar-benar kompeten.

 

Tak hanya di bidang kemaritiman, ikhtiar membangun kemandirian juga terlihat dari produk kendaraan listrik yang ada di pameran, seperti sepeda listrik, motor listrik, maupun mobil listrik. Semuanya merupakan hasil karya satuan-satuan pendidikan vokasi, mulai dari SMK hingga politeknik.

 

"Kendaraan listrik menjadi solusi masa depan karena ramah lingkungan. Oleh karena itulah, kami di SMK Nasional Malang berupaya untuk terus melakukan inovasi dan melalui kegiatan pembelajaran siswa untuk mengembangkan sepeda dan motor listrik," kata Ahmad Fauzi, guru di SMK Nasional Malang.


Dengan melibatkan para siswa, SMK Nasional Malang mengembangkan beragam jenis kendaraan listrik yang diberi nama Cassa, semisal sepeda gunung listrik, motor trail listrik, dan skuter listrik. Kendaraan listrik tersebut memanfaatkan teknologi mikrokontroler sehingga bisa diisi ulang dengan jaringan listrik rumah tangga dan mampu melaju hingga 100 kilometer per jam.

 

Hasilnya, tidak hanya mampu menjawab tantangan kebutuhan kendaraan ramah lingkungan masa depan, kehadiran kendaraan listrik tersebut juga membawa dampak sosial ekonomi bagi para siswa. “Alumni yang sudah lulus juga kadang kami libatkan kalau ada pesanan,” kata Ahmad.

 

Sementara itu, Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi, Kiki Yuliati, berharap, berbagai hasil inovasi yang dihasilkan pendidikan vokasi, baik dalam bentuk produk maupun jasa yang dikemas dalam bentuk fisik atau digital mampu menjadi solusi yang hadir dari pendidikan vokasi

 

Oleh karenanya, dalam konteks pendidikan vokasi, penting bagi kita untuk terus menanamkan semangat dan jiwa kebangkitan teknologi, untuk terus dihidupkan dan digelorakan sebagai bagian dari komitmen seluruh insan vokasi dalam mewujudkan cita-cita luhur para pendiri bangsa dalam menjadikan Indonesia sebagai bangsa unggul dan mandiri melalui penguasaan teknologi,” jelas Kiki. (Diksi/Nan/AP/NA)