INKA Libatkan 200 Siswa SMK Produksi Kursi Kereta

INKA Libatkan 200 Siswa SMK Produksi Kursi Kereta

Madiun, Ditjen Diksi -- Bertempat di Gedung Budi Tjahjono Kampus 1 Politeknik Negeri Madiun, Jawa Timur (11/5), PT Industri Kereta Api (INKA) (Persero), D-Tech Engineering, SMK PGRI 1 Mejayan, dan Politeknik Negeri Madiun sebagai tuan rumah melaksanakan Perjanjian Kerja sama Lengan Produksi untuk project based learning (PBL) sebagai komitmen untuk terus mendukung program dari Direktorat Jenderal Vokasi dalam penguatan lulusan yang siap kerja di dunia industri.

Dalam perjanjian kerja sama yang disaksikan oleh Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi, Wikan Sakarinto, INKA memberikan kontrak pekerjaan kepada D-Tech berupa pembuatan kursi kereta api sejumlah 440 unit yang akan digunakan di kereta eksekutif produksi INKA.

Adapun siswa SMK yang terlibat dalam proyek ini sekitar 200 orang. Mereka berasal dari lima sekolah, dua dari wilayah Madiun dan tiga lainnya dari Salatiga. “Yang benar-benar baru karena adanya katalisator (seseorang atau sesuatu yang dapat mempercepat suatu peristiwa),” kata Direktur Pengembangan INKA Agung Sedaju.

Nantinya, pengerjaan produksi akan melibatkan 4-5 SMK yang tersebar di Jawa Tengah dan Jawa Timur serta Politeknik Negeri Madiun tersebut dikoordinasi oleh D-Tech. Adapun nilai kontrak yang telah ditandatangani sebesar Rp5,01 miliar. Sedangkan waktu pelaksanaan pekerjaan adalah 90 (sembilan puluh) hari kalender dengan tuntutan kualitas dan biaya sesuai dengan permintaan INKA.

“D-Tech Engineering bersama SMK dan Poltek ditantang untuk profesional. Mesin-mesin CNC D-Tech dan para expert D-Tech akan diterjunkan ke SMK dan Poltek untuk memproduksi kursi kereta eksekutif tersebut agar tepat waktu dengan standar mutu yang ditetapkan oleh INKA,” ujar Wikan.

Jika proyek ini sukses ke depan, akan banyak lagi peluang mendapatkan proyek-proyek dan pekerjaan dari INKA, yang tentunya akan berdampak lebih banyak lagi institusi pendidikan vokasi yang terlibat dan dapat menerapkan PBL. “Masing-masing SMK akan memiliki omzet ratusan atau miliaran rupiah per bulan. Ini baru project awal. Kalau sukses, pesanan-pesanan berikutnya akan banyak menanti,” imbuh Wikan.

Kegiatan ini merupakan implementasi nyata kebijakan Merdeka Belajar, Link and Match, Kurikulum Merdeka, PBL, dan TeFa. Pasalnya, siswa dan mahasiswa yang akan mengelola dan menangani pekerjaan atau proyek secara profesional, sambil belajar dan berkuliah.

“Cara belajar terbaik, ya sambil langsung praktik mengatasi project profesional. Tentunya, setelah fondasi-fondasi dasarnya tergarap,” pungkas Wikan. (Diksi/PNM/DN/AP/NA)