Kedepankan Karakter, Giatkan Sinergi dengan Industri

Kedepankan Karakter, Giatkan Sinergi dengan Industri

Semarang, Ditjen Diksi - Sebagai perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan vokasi, Politeknik Negeri Semarang (Polines) yang hadir sejak 1982 ini terus bergeliat melakukan proses pembelajaran berbasiskan terapan yang mengembangkan penalaran dan skill, bukan sebatas keilmuan. Sehingga, “Kedekatan dengan stakeholder, misalnya industri, pemerintah daerah maupun UMKM, menjadi sebuah keharusan,” ujar Direktur Polines Supriyadi kepada tim laman Vokasi Kemendikbud, Selasa (25/8).

Meski demikian, jelas Supriyadi, bukan berarti politeknik bersaing dengan perguruan tinggi lain, melainkan justru bersinergi. Misalnya, permasalahan eksternal yang tidak bisa diselesaikan oleh akademik lainnya akan meminta bantuan politeknik. Sebaliknya, “Kami juga mempunyai permasalahan yang harus dikaji secara akademik,” terang Supriyadi.

Supriyadi menambahkan, selama ini yang membuat nama Polines berkibar adalah kepiawaian perguruan tinggi ini dalam melakukan audit bangunan hingga akhirnya kerap bekerja sama dengan berbagai instansi, semisal kejaksaan dan kepolisian. 

Saat ini Polines memiliki lima jurusan, yakni teknik sipil, teknik mesin, teknik elektro, akuntansi, dan akuntansi bisnis, serta 24 program studi dengan jenjang D3, D4 (sarjana terapan), dan magister terapan. Secara umum semua program studi tersebut berakreditasi A, kecuali progam studi yang baru dibuka. “Komitmen kami adalah akreditasi karena sesuai dengan undang-undang pendidikan nasional agar tidak terkena sanksi,” tutur Supriyadi.

Lantas, bagaimana politeknik ini mengintegrasikan visinya sebagai perguruan tinggi yang menyelenggarakan ilmu terapan? “Penelitian yang kami lakukan harus di-match-kan dengan permasalahan dalam masyarakat,” tegas Supriyadi.

Karenanya, Polines memiliki Technology Business Centre untuk mengintegrasikan hasil karya dosen dan mahasiswa yang bekerja sama dengan industri untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Adapun hasil karya politeknik ini dapat juga dilihat melalui dodoltech.com.

Selain menghasilkan karya yang turut mempermudah aktivitas masyarakat, Polines juga terus menggenjot ragam inovasi. Misalnya saja Robot Rama yang tengah dikembangkan guna membantu tenaga medis dalam melayani pasien Covid-19 dan alat pengendali nutrisi dan pH bagi tanaman agar dapat terus tumbuh subur hingga panen.

Memiliki sekitar 5.000-an mahasiswa dan 350-an pengajar, Polines kini juga terus berupaya meningkatkan sarana-prasarana. Pasalnya, indikator pembelajaran di politeknik dihitung dengan banyaknya praktik yang juga membutuhkan banyak perlengkapan. Adapun menyoal pembelajaran pada masa pandemi ini, Polines sendiri pun telah menyesuaikan diri melakukan pembelajaran praktik sesuai dengan aturan protokol kesehatan yang ketat, semisal dengan melakukan shift praktik secara bergantian.

Hingga kini, tercatat peminat calon mahasiswa Polines sekitar 1:3 dengan tingkat serapan lulusan di industri sekitar 80 persen. Di samping itu, lulusan politeknik ini turut mendapat pengakuan dari industri karena memiliki karakter yang baik. “Makanya, kami senantiasa menjaga karakter dan etika yang menjadi perhatian pihak industri,” ujar Supriyadi.

Menyoal “link and match”, Supriyadi pun menegaskan bahwa program tersebut sejatinya memang merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh pendidikan vokasi. Karenanya, kurikulum pendidikan harus diharmonisasi dengan industri. Polines sendiri tercatat memiliki banyak sinergi dengan pihak industri terkait, termasuk program studi listrik yang bekerja sama dengan PT PLN. “Kita akan memperkuat kerja sama dengan industri, seiring pemberdayaan masyarakat dan UMKM,” tutur Supriyadi.

Supriyadi berharap, Polines menjadi perguruan tinggi terapan yang dapat mengintegrasikan teknologi dengan permasalahan masyarakat, namun sejalan juga dengan bisnis. “Bukan berorientasi laba, melainkan bisnis yang terintegrasi dengan teknologi yang berkontribusi mencerdaskan kehidupan masyarakat,” pungkasnya. (Diksi/AS/AP)