Keluar dari Zona Nyaman Mencari Pengalaman 

Keluar dari Zona Nyaman Mencari Pengalaman 

Program MSIB membuat kali pertama Ida Bagus ke luar Pulau Bali dan berkesempatan mendesain bus listrik di PT INKA untuk KTT G20.

 

Denpasar, Ditjen Vokasi -- Indonesia tahun ini mendapatkan amanat untuk menjadi tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 pada November 2022 mendatang. Sejumlah persiapan telah dilakukan pemerintah sejak tahun lalu, di antaranya adalah membuat bus listrik yang akan wara-wiri sebagai moda transportasi untuk para peserta konferensi yang puncaknya akan berlangsung di Bali tersebut. 

 

Pembuatan bus listrik yang diberi nama Bus Listrik Merah Putih (BLMP) itu dilakukan oleh PT Industri Kereta Api (INKA). Dalam pengerjaannya, PT INKA bekerja sama dengan sejumlah perguruan tinggi, seperti Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Airlangga (Unair), dan Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar untuk mewujudkan proyek ini. Para mahasiswa dari kampus tersebut turut dilibatkan, mulai dari proses riset, pembuatan desain, dan pengembangan, salah satunya melalui program Magang dan Studi Independen Bersertifikat (MSIB). 

 

Salah satu mahasiswa yang beruntung bisa terlibat dalam proyek tersebut adalah Ida Bagus Manuaba, mahasiswa Jurusan Desain Interior, Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, Bali. Keterlibatan Ida Bagus tak lepas dari program Magang Bersertifikat yang ia ikuti selama kurang lebih lima bulan di PT INKA

 

"Awalnya saya memang sedang mencari tempat magang. Akan tetapi, tidak kepikiran di luar Bali, apalagi di PT INKA," kata Ida Bagus tentang awal keterlibatannya dengan program Magang Bersertifikat di PT INKA

 

Informasi Magang Bersertifikat justru didapat dari salah seorang dosen di kampusnya. Nama besar PT INKA sebagai perusahaan yang memproduksi kereta api membuat Ida Bagus memantapkan diri untuk hijrah sementara ke Pulau Jawa, khususnya ke Madiun yang menjadi basis perusahaan tersebut. 

 

"Sebenarnya sempat tidak mau ikut karena orang tua tidak mengizinkan. Saya juga sudah sempat menyerah. Namun, pada akhirnya setelah coba bicara lagi dengan orang tua, akhirnya diizinkan juga," kata Ida Bagus. 

 

Awal Maret menjadi hari bersejarah bagi Ida Bagus. Selain akan terlibat dalam Magang Bersertifikat, hari itu juga menjadi pertama kalinya bagi Ida Bagus keluar dari Pulau Bali. 

 

"Kalau saya tidak ikut MSIB, mungkin saya belum tahu seperti apa Pulau Jawa," kata Ida Bagus. 

 

Di INKA, Ida Bagus dan sejumlah rekanya kemudian ditempatkan di mes milik PT INKA. Hanya dua bulan, di bulan ketiga Ida bagus memutuskan mencari tempat tinggal yang lebih dekat ke lokasi workshop. Ida Bagus pun memanfaatkan uang saku yang diberikan dari pemerintah untuk menyewa sebuah tempat indekos. 

 

Sebagaimana diketahui, program MSIB memang tidak hanya memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk melakukan magang atau kerja nyata di industri selama satu semester, tetapi juga memberikan bekal berupa uang saku bagi setiap peserta untuk keperluan hidup selama magang berlangsung. Besaran uang saku yang diterima oleh peserta program adalah Rp2,8 juta per bulan. 

 

Meski PT INKA dikenal dengan produksi kereta apinya, tetapi untuk program MSIB ini, Ida Bagus justru dilibatkan dalam pembuatan bus listrik merah putih yang akan digunakan dalam KTT G20 mendatang. 

 

"Sesuai dengan kompetensi, saya mendapat project untuk mendesain interior di dalam bus listrik ini," kata Ida Bagus. 

 

Project mendesain interior bus diakui Ida Bagus cukup menantang, mengingat selama ini ia belum pernah merancang desain interior untuk bus. Bahkan, ilmu ini pun belum pernah didapatkan sama sekali di kampus.

 

 

"Jadi, benar-benar kesempatan yang sangat langka dan luar biasa menurut saya karena tidak pernah terbayang sebelumnya bagaimana membuat desain interior untuk sebuah bus listrik. Apalagi, bus ini akan digunakan untuk konferensi negara-negara maju," kata Ida Bagus. 

 

Selama magang berlangsung, Ida Bagus dipercaya untuk merancang desain dinding bus, kursi, hingga bagian lantai bus. "Saya belajar bagaimana menentukan tema, kemudian bagaimana harmonisasi warna, penggunaan material yang tepat untuk interior ini, dan sebagainya," jelas Ida Bagus. 

 

Masa-masa awal sebenarnya dirasa cukup berat oleh Ida Bagus. Selain harus beradaptasi dengan lingkungan baru dan sistem kerja di PT INKA, Ida Bagus juga harus mengoptimalkan kreativitasnya dalam merancang desain yang pas. 

 

"Pokoknya harus keluarkan ide, benar-benar terasa sekali ritme kerja industrinya ternyata seperti ini. Belum lagi kalau ada revisi desain yang harus dilakukan segera. Wah, itu semua berharga sekali untuk bekal ketika bekerja di industri nantinya," ujar ida Bagus. 

 

Ida Bagus pun mencoba mengambil tema-tema dan nuansa Bali dalam desain yang ia buat. Apalagi, KKT G20 juga akan di gelar di Bali. Ida Bagus juga mengambil sejumlah referensi dari berbagai sumber yang ada untuk membantunya merancang desain interior bus yang baik. 

 

"Untungnya mentor memberikan keleluasaan kepada saya untuk berkreasi dalam desain. Jadi, kami bebas untuk menggali ide dan tema desain yang akan dibuat, nanti baru didiskusikan dengan mentor, mana kira-kira desain yang memungkinkan untuk diaplikasikan," jelas Ida Bagus 

 

Selama magang, Ida Bagus didampingi oleh seorang mentor. Satu mentor membawahi dua hingga lima mahasiswa, tergantung pada tingkat kesulitan dari pekerjaan yang dikerjakan oleh peserta magang. 

 

"Kalau untuk saya kebetulan satu mentor ada lima orang dan mentor ini benar-benar mengarahkan kami menjadi tempat diskusi ketika ada persoalan terkait project yang kami kerjakan," kata Ida Bagus. 

 

Sayangnya, waktu magang cukup singkat bagi Ida Bagus. Ia belum sempat melihat hasil desainnya ketika sudah diaplikasikan pada bus-bus listrik tersebut. "Terakhir kali dikabarkan sudah mulai diproduksi busnya," kata Ida Bagus yang hingga saat ini masih menjalin komunikasi yang baik dengan para mentor dan juga rekan-rekan sesama magang. 

 

Meski belum sempat melihat karya desainnya secara langsung, namun Ida Bagus merasa sangat beruntung bisa terlibat dalam project bus listrik untuk KTT G20 tersebut. Apalagi, banyak manfaat yang dirasakan dari program MSIB tersebut. 

 

"Rugi sekali kita sebagai mahasiswa tidak memanfaatkan kesempatan ini. Selain mendapatkan ilmu baru yang mungkin kita tidak akan dapatkan di kampus, kita juga bisa membuka relasi dan jejaring dari program MSIB," tutur Ida Bagus. 

 

Tak ketinggalan, Ida Bagus juga berpesan agar mahasiswa harus berani keluar dari zona nyaman untuk mencari pengalaman dan ilmu baru di luar kampus, salah satunya melalui program MSIB. (Diksi/Nan/AP/NA)