Mahasiswa PENS Raih Gelar Mahasiswa Berprestasi Nasional 2020

Mahasiswa PENS Raih Gelar Mahasiswa Berprestasi Nasional 2020

Jakarta, Ditjen Diksi – Mahasiswa Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) meraih juara pertama dalam ajang Pemilihan Mahasiswa Berprestasi (Pilmapres) Nasional 2020 dalam kategori program diploma yang diadakan oleh Pusat Prestasi Nasional Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Sejak 12 September 2020 ketika diumumkannya pemenang Pilmapres Nasional 2020, Muhammad Alan Nur pun resmi menyandang gelar Mahasiswa Berprestasi Nasional 2020.

Menurut Alan, awalnya dirinya tidak menyangka bisa meraih juara satu di ajang Pilmapres Nasional 2020. Alan merasa peserta lainnya lebih unggul, mulai dari tes bahasa Inggris, hasil karya, hingga presentasi karya ilmiahnya. Namun, ternyata Alan justru dinilai lebih unggul dari peserta yang lain sehingga dinobatkan menjadi Mahasiswa Berprestasi Nasional 2020.

“Saya bersyukur karena ini perjalanan yang panjang untuk saya bisa menjadi juara satu. Dulu saya juga mempunyai mimpi sejak tahun 2017 saat awal masuk kuliah di PENS, saya berkeinginan suatu saat bisa jadi mahasiswa berprestasi nasional sebagai juara satu. Alhamdulillah, saat pengumuman saya sempat juga menangis karena ternyata impian itu bisa terkabul dan saya sangat bersyukur,” tutur Alan kepada tim publikasi Vokasi Kemendikbud.

Sebagai mahasiswa jurusan teknik komputer 2017 program diploma PENS, Alan juga tercatat memiliki beberapa prestasi lainnya, diantaranya meraih second winner Overlacking Competition by JagatReview pada tahun pertama kuliahnya. Lalu ia juga pernah meraih silver medalist di ajang International Science and Invention Fair tahun 2019. Selain itu, pada 2020 Alan dinobatkan sebagai Outstanding Innovative Student oleh Kemendikbud.

Untuk menjadi juara pertama Pilmapres Nasional 2020 memang tidak mudah bagi Alan. Di tengah perjalanan meraih impiannya itu, ia sempat merasa tergoda untuk tidak mempersiapkan lomba dengan maksimal. “Tetapi, saya rethinking lagi bahwa saya sudah mempunyai tujuan yang jelas dan baik. Jadi, saya harus bisa menggapai itu dengan cara yang baik pula, harus konsiten dan selalu stay on the track,” terangnya.

Lulusan SMK Muhammadiyah Kudus ini mengaku, dirinya memilih pendidikan vokasi karena lebih suka membuat sesuatu dibanding hanya teori saja, atau lebih menyukai pendidikan yang sifatnya aplikatif. “Saya sudah merasa cocok dengan vokasi. Harapan saya, mahasiswa dan siswa vokasi tidak salah dalam memandang vokasi itu apa. Kemudian jika sudah terjun harus dinikmati karena banyak peluang yang ada di vokasi,” ujar Alan.

Menurut Alan, Indonesia membutuhkan banyak orang yang bisa membuat sesuatu. Baginya, pendidikan vokasi memiliki peluang besar untuk melahirkan inovator-inovator. “Karena kita lebih ke aplikatifnya, 60 persen praktik dan 40 persen teori. Jadi, kita biasanya secara langsung melihat problematika dan membuat secara langsung apa solusinya,” jelasnya. (Diksi/RA/AP)