PKW Lahirkan Wirausaha Pemutus Rantai Pengangguran

PKW Lahirkan Wirausaha Pemutus Rantai Pengangguran

Jakarta, Ditjen Diksi – Sejak adanya pandemik Covid-19, dunia tak terkecuali Indonesia mengalami berbagai permasalahan sosial, termasuk meningkatnya angka pengangguran. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) triwulan I tahun 2021 mencatatkan sebanyak 19,10 juta jiwa atau 9,30 persen penduduk usia kerja terdampak Covid-19. Karenanya, Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi RI melalui Direktorat Kursus dan Pelatihan telah menyelenggarakan program Pendidikan Kecakapan Wirausaha (PKW) guna membuka lapangan pekerjaan dengan melahirkan wirausaha-wirausaha baru.

“Meski persentasenya melampaui standar internasional, namun masih kurang untuk mencapai pertumbuhan ekonomi tinggi. Terlebih, produktivitas SDM kita di bawah beberapa negara Asia. Karenanya, kita harus memperbaiki. Adapun tantangannya, bagaimana pendidikan harus mampu menciptakan SDM yang banyak. Jawabannya adalah kewirausahaan,” ungkap Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Wikan Sakarinto pada webinar “Seminar Nasional Kewirausahaan” (31/7).

Di samping itu, Wikan juga menjelaskan bahwa Indonesia membutuhkan sekitar empat juta wirausaha baru untuk menjadi negara yang kuat. Sehingga, adanya PKW ini diharapkan mampu menjadi salah satu solusi dalam mengatasi permasalahan yang ada, terutama untuk membuka lapangan kerja bagi masyarakat lainnya. 

Tercatat, sebanyak 915 lembaga kursus dan pelatihan (LKP) sudah menyelenggarakan program tersebut pada tahun 2020 lalu dengan jumlah peserta sebanyak 16.676 orang. Tentunya, dalam mengimplementasikan program tersebut sudah “link and match” dengan potensi pengembangan usaha daerah yang mendapat dukungan dari usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), perbankan/lembaga permodalan, dan lembaga pemasaran.

Karenanya, Wikan berharap dengan adanya PKW dapat membuka lapangan pekerjaan baru yang dapat menampung SDM lebih banyak, serta melahirkan SDM unggul yang kompeten, “Program PKW merupakan misi Ditjen Pendidikan Vokasi untuk benar-benar menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang kompeten, serta mendorong pengurangan pengangguran dan kemiskinan,” ujarnya.

Adapun Direktur Kursus dan Pelatihan Wartanto menambahkan, banyaknya masyarakat yang terdampak pandemik, seperti karyawan yang banyak dirumahkan oleh perusahaan, tentu menyebabkan lapangan kerja semakin terbatas. “Mengingat jumlah tenaga kerja berkurang, maka Ditjen Pendidikan Vokasi mendorong tumbuhnya wirausaha baru, yakni dengan pendidikan vokasi yang membangun karakter kewirausahaan ditambah dengan hadirnya teknologi yang juga dapat membuka peluang baru,” ujarnya.

Wartanto juga menyampaikan peran industri sangat diperlukan dalam penyelenggaraan PKW seperti untuk melakukan penyelarasan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan industri agar tepat sasaran. Sehingga, hal itu sekaligus menjadi strategi untuk melahirkan wirausaha mudah berbakat yang membuka lapangan pekerjaan baru.

“Apabila lulusan ini membuat sebuah bisnis dan usaha kemudian berhasil, maka ini menjadi jawaban mereka membuka peluang kerja baru sehingga dapat mengurangi angka pengangguran,” tambahnya. 

Sementara itu Anggota Komisi X DPR RI Desy Ratnasari menyebutkan, pendidikan karakter yang merupakan cikal bakal wirausaha baru harus dimulai dari keluarga. Karenanya, selain industri, institusi pendidikan juga harus bersinergi dengan keluarga. “Jadi, revolusi mental harus diawali dari keluarga. Tidak hanya kebijakan dari hilir, melainkan juga hulu karena dari keluarga harus disosialisasikan,” tuturnya.

Desy menambahkan, LKP juga harus berhubungan dengan pemerintah dan industri. Tujuannya, melalui “link and match” tersebut membuka peluang bagi lulusan LKP untuk bisa menjadi partner bisnis dari industri tersebut.

Adapun pendiri ESQ Ary Ginanjar mengungkapkan, pendidikan vokasi harus dapat membentuk peserta didik yang tahan banting, mampu bernegosiasi, mau belajar lagi, serta memiliki kemampuan memberikan result. “Menjalankan bisnis bukan sekadar mencari uang, melainkan harus mempunyai mental tahan banting, lalu didukung performance,” tuturnya.

Ary pun menjelaskan, terdapat “the seven rules” untuk menjadi pengusaha, yakni tetapkan tujuan dan jumlah, tetapkan yang bisa diberikan demi tujuan, tetapkan tanggal target, buat rencana, tulis semuanya, baca keras-keras, dan doa.

Ary pun berharap, para instruktur, guru, dan dosen pendidikan vokasi mempunyai ilmu coaching agar dapat mendidik dengan cara terbaik. “Guru harus berubah mindset. Selain itu, orang tua juga harus dibekali ilmu coaching,” tambahnya. (Diksi/Tan/AP/Adi Sutrisno)