Poliwangi Bantu Terangi Desa dan Kapal Nelayan

Poliwangi Bantu Terangi Desa dan Kapal Nelayan

Banyuwangi, Ditjen Diksi – Sesuai dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi yang mencakup pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengembangan, serta pengabdian masyarakat, perguruan tinggi dirasa perlu untuk menyertakan kurikulum yang diajarkan dalam tiga nilai yang terkait. Hal ini ditunjukkan oleh mahasiswa Jurusan Teknik Manufaktur Perkapalan (TMK) Politeknik Negeri Banyuwangi (Poliwangi) yang mengadakan kegiatan sosial dengan memanfaatkan Program Hibah Desa Binaan (PHDB) di Dusun Pecemengan, Kecamatan Blimbingsari. 

Menjadi program pertama yang dilaksanakan oleh jurusan TMK, kegiatan ini dilakukan oleh mahasiswa yang seluruhnya merupakan mahasiswa semester 2. Kegiatan ini diharapkan menjadi sebuah wadah pengabdian masyarakat, agar mahasiswa memiliki pola pikir bahwa ilmu yang didapatkan seyogianya dapat digunakan untuk kebaikan di masyarakat.

Pada kegiatan tersebut, para mahasiswa menerapkan teknologi menggunakan alternatif panel surya sebagai pengisi baterai di kapal ketika berlayar. Alhasil, energi yang dikumpulkan dalam baterai ini akan lebih mudah dibawa dan digunakan oleh nelayan ketika melaut di malam hari.

Yeddid Yonatan Eka Darma selaku dosen pembimbing project menjelaskan, sistem plug and play ini tentunya lebih praktis diaplikasikan dibandingkan dengan pemasangan panel surya di atap kapal nelayan yang membutuhkan redesign. “ Kapal nelayan tidak memiliki desain seperti itu. Jadi, out of design. Adapun bila ingin melakukan penambahan panel surya di atas kapal itu harus redesign, karena kalau kita menaruh panel surya di atas kapal akan mengganggu keselamatan para nelayan,” ungkapnya.

Namun, di luar dugaan penggunaan panel surya tersebut malah memberikan manfaat. Dikarenakan musim melaut yang hanya berlangsung selama 6 bulan, warga sekitar dengan persetujuan mahasiswa dan dosen pembimbing sepakat berinisiatif mengalihkan penggunaan teknologi panel surya untuk menghidupkan lampu penerang jalan di daerah pesisir pantai dan perkampungan warga. Hal ini didasari oleh keresahan warga akan ketiadaan fasilitas penerangan di jalan perkampungan selama satu tahun terakhir, sehingga kerap memicu tindak kejahatan. “Jadi, kita memiliki dua fungsi. Karena kita menyediakan dua baterai, satu untuk melaut, yang satunya untuk menerangi pantai,” jelas Yeddid.

Kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa jurusan TMK Poliwangi ini  menyediakan 8 panel surya yang dapat bertahan hingga 10 tahun secara gratis untuk masyarakat Desa Pecemengan. Karena telah disesuaikan dengan kondisi lingkungan yang terpapar sinar matahari, tentunya akan memaksimalkan fungsi alat tersebut sebagai pembangkit listrik tenaga surya. Alhasil, warga desa sangat antusias dan mengapresiasi kegiatan mahasiswa yang telah memberikan penerangan bagi desa dan menghemat biasa operasional nelayan.

Antusias ini juga dirasakan oleh Faid Taufiqurrahman selaku Ketua Tim Project beserta kawan-kawannya saat membangun panel surya. Menurut Faid, banyak warga sekitar yang turut membantu memasang panel surya tersebut. “Untuk sistem pemasangan itu, alhamdulillah kita sangat dibantu oleh masyarakat. Jadi, waktu proses pemasangan kita lancar, karena masyarakat terlibat aktif,” paparnya.

Faid pun menjelaskan, program ini diusulkan atas dasar keinginan mahasiswa dalam membantu para nelayan menghemat pengeluaran bahan bakar yang dibutuhkan untuk menyalakan lampu ketika melaut di malam hari. “Kita melihat kondisi di lapangan bahwa untuk melaut kapal para nelayan ini menggunakan bahan bakar yang membutuhkan biaya operasional yang cukup tinggi. Nah, setelah kita survei dan berbicara dengan nelayan, ternyata penggunaan bahan bakar tersebut bisa kita ganti dengan panel surya,” jelasnya.

Faid yang memulai ketertarikannya dalam bidang kemaritiman sejak SMK ini berharap, ke depannya akan ada lebih banyak lulusan sekolah vokasi yang dapat menyalurkan kemampuannya untuk membantu masyarakat sekitar. “Saya mengajak teman-teman, khususnya mahasiswa politeknik di Indonesia, untuk lebih aktif dalam kegiatan sosial masyarakat karena sesuai dengan tujuan perguruan tinggi. Jadi, mari kita lebih peka ke lingkungan sekitar dan bersama-sama mewujudkan Indonesia yang lebih baik,” ujarnya. 

Sementara itu Yeddid selaku tenaga pengajar berharap, ke depannya akan lebih banyak mahasiswa yang bergerak di kegiatan sosial untuk membantu menyejahterakan masyarakat. Tentunya, tambah Yeddid, untuk mewujudkan kebermanfaatan itu dibutuhkan skill yang mumpuni bagi tenaga pengajar. Menurutnya, upskilling dan reskilling kemampuan tenaga pengajar sangat perlu dilakukan agar ilmu pengetahuan yang diberikan dapat terus diperbaharui. “Di dunia vokasi ini kan langsung terjun ke dunia kerja. Jadi, kalau memang ada tenaga pengajar yang belum pernah masuk industri, saya sarankan bukan hanya mahasiswanya yang ikut magang, tapi dosennya magang juga supaya tahu kondisi di lapangan,” tambahnya. (Diksi/TM/AP)