Poltek Pangkep Maksimalkan Lulusan dengan Sertifikasi Kompetensi

Poltek Pangkep Maksimalkan Lulusan dengan Sertifikasi Kompetensi

Jakarta, Ditjen Diksi – Berbeda dengan lokasi politeknik pada umumnya, Politeknik Pertanian Negeri Pangkajene Kepulauan (Poltek Pangkep) hadir dengan nuansa pegunungan, sekaligus pantai. Terletak di Kecamatan Mandalle, Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan yang berjarak sekitar 83 km dari Kota Makassar, perguruan tinggi vokasi ini memang ditujukan untuk menghasilkan sumber daya manusia kompeten dalam bidang perikanan dan pertanian, khususnya guna menggairahkan perekonomian daerah sekitarnya. 

Hingga kini, tercatat enam program studi yang disediakan oleh Poltek Pangkep, yaitu jurusan budidaya perikanan, teknik penangkapan ikan, jurusan teknologi pengolahan hasil perikanan, budidaya tanaman perkebunan, agrobisnis perikanan, dan jurusan peternakan. Selain itu, Poltek Pangkep juga menyediakan jurusan yang telah menjalin kerja sama dengan universitas di Filipina dan Thailand, yaitu jurusan administrasi bisnis nasional. Hal ini pun dipaparkan langsung oleh Darmawan selaku Direktur Poltek Pangkep mengenai jurusan yang kini lebih banyak diminati oleh masyarakat, karena orientasi belajarnya yang sudah mencapai lingkup internasional.

“Sekarang ini yang dianggap favorit karena memang orientasinya global. Karenanya, banyak yang memilih administrasi bisnis nasional dan agro industri,” terang Darmawan kepada tim laman Vokasi Kemendikbud di Jakarta beberapa waktu lalu.

Tidak hanya menyediakan kurikulum yang selaras dengan kebutuhan industri, Poltek Pangkep yang berdiri di atas lahan pesisir pantai yang sangat luas ini juga disertai dengan fasilitas yang memumpuni, seperti tersedianya jajaran tambak yang cukup luas untuk menyokong kegiatan mahasiswa dalam bidang budidaya ikan. Hingga kini, Poltek Pangkep telah memiliki 15 program studi dengan jenjang mulai D3, D4 atau S1 terapan, hingga S2 terapan.

“Sekarang ini Politeknik Pertanian Negeri Pangkajene Kepulauan terus mengembangkan dirinya menjadi bagian dari perguruan tinggi vokasi yang diharapkan oleh pemerintah untuk terus menambah angka partisipasi. Ini ditujukan untuk memberikan peluang kepada anak-anak bangsa untuk bisa memasuki jenjang pendidikan tinggi, khususnya yang berminat pada perguruan tinggi vokasi,” ujar Darmawan.

Politeknik yang kini memiliki 3.000 mahasiswa ini juga tengah giat memaksimalkan output yang dihasilkan dengan mendirikan lembaga sertifikasi yang telah diakui oleh BNSP. Hal ini dilakukan guna memfokuskan lulusan yang maksimal dan berkompetensi. “Di tempat kami saat ini ada 43 skema kompetensi dengan berbagai bidangnya, termasuk kompetensi ekspor-impor, yang harus dimiliki oleh mahasiswa dari bidang yang terkait. Jadi, selain diuji secara teori, mereka juga diuji kompetensinya dengan bidang yang terkait,” ungkapnya. 

Dengan dibentuknya Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, Darmawan pun berharap agar kegiatan kerja sama dengan berbagai industri ini dapat terus dikembangkan, sehingga akan semakin banyak lulusan vokasi yang dapat terserap langsung oleh dunia industri. Pasalnya, keselarasan kurikulum antara dunia pendidikan dengan dunia industri ini menghasilkan output yang memang diperlukan oleh industri.

“Dengan adanya kerja sama, bahkan ‘nikah massal’ ini, apa yang menjadi kebutuhan industri bisa kita akomodasi di dalam kurikulum untuk menghasilkan alumni seperti yang mereka harapkan. Caranya adalah desain kurikulum, dan bagaimana ini diimpelementasikan. Sehingga, ketika mereka selesai memang menu yang disajikan adalah menu yang diperlukan oleh industri,” jelas Darmawan. 

Menurut hemat Dharmawan, dengan adanya kerja sama yang sukses dan maksimal tentunnya akan menarik banyak perusahaan untuk terus menjalin kerja sama yang “link and match” dengan perguruan tinggi di Indonesia. “Sehingga, harapannya juga ketika kerja sama dengan satu industri berhasil menghasilkan output yang maksimal akan menarik industri atau perusahaan lain untuk turut bekerja sama,” imbuhnya. (Diksi/TM/AP/KR)