Sekali Bermain Tenis, Bersaudara Selamanya!

Jakarta, Ditjen Diksi; Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi menyelenggarakan pertandingan tenis persahabatan dalam rangka rangkaian dies natalis pertamanya yang berlokasi di Balai Besar Pengembangan Penjaminan Mutu Pendidikan Vokasi (BBPPMPV) Bisnis dan Pariwisata Sawangan, Depok, pada 23 Januari dan di BBPPMPV Bidang Mesin, Cimahi, pada 24 Januari 2020. Adapun pesertanya terdiri atas 16 pasang pemain yang berasal dari perwakilan BPK, Kementerian Ristek dan Teknologi, Kementerian Dalam Negeri, Divisi 1 Kostrad, Kompas Gramedia, Direktorat Jenderal PAUD Dikdasmen, Direktorat Jenderal GTK, Direktorat Jenderal Vokasi, BBPPMPV Bispar, dan BBPPMPV Bidang.

 

“Pertandingan ini bukan untuk mencari siapa pemenangnya, tapi untuk merekatkan tali persaudaraan. Awalnya ada beberapa olahraga yang rencananya akan dipertandingan. Dengan mempertimbangkan pandemi Covid-19, maka dipilihlah tenis karena dinilai paling aman. Tidak ada body contact di dalamnya. Sekali bermain tenis, bersaudara selamanya,” ungkap Wikan Sakarinto, Dirjen Pendidikan Vokasi mengawali acara.

 

Untuk menjalankan protokol kesehatan dan menghindari adanya penularan Covid-19, sebelum pertandingan berlangsung semua yang hadir wajib menyerahkan hasil tes rapid antigen. Sedangkan untuk yang belum, panitia memfasilitasi tes tersebut di tempat acara.

 

Meski pertandingan sebatas persahabatan, tapi para peserta tetap memperlihatkan keahlian bermain tenisnya. Dalam pertandingan yang dibagi menjadi dua wilayah ini akhirnya menghasilkan pemenang di masing-masing tempatnya.

 

Pemenang pada pertandingan di BBPPMPV Bisnis dan Pariwisata Sawangan adalah pasangan Dori dan Jusfidar dari Badan Pengawas Keuangan RI yang berhasil mengungguli pasangan Fajar dan Sumitro dari Divisi 1 Kostrad. Sedangkan pertandingan di lapangan tenis BBPPMPV Bidang Mesin Cimahi pemenang diraih oleh pasangan Wikan dan Arif yang berhasil mengalahkan pasangan Samto dan Dimas dari Direktorat Jenderal PAUD Diksdasmen Kemdikbud.

 

Meski berhasil menjadi pemenang, Wikan tetap merendah. “Kalau lawan saya tadi mainnya sungguhan, pasti saya akan kalah. Tangan saya kan cedera. Buat mukul bola terasa sakit sekali. Jadi, boleh dibilang secara de facto pemenangnya saya, tapi secara de jure pemenangnya Pak Samto. Tapi, kembali ke tujuan awal, pertandingan persahabatan ini bukan untuk mencari pemenang, namun untuk menjalin silaturahmi, untuk membangun berkomunikasi, untuk merekatkan keluarga besar vokasi sehingga akan terbentuk SDM yang kuat,” ujar Wikan sambil tersenyum.

 

Membangun SDM

 

Harapan ke depan Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi sejatinya adalah mewujudkan SDM yang berkualitas, seperti yang diharapkan oleh Presiden RI Joko Widodo (Jokowi). Presiden Jokowi pun menegaskan bahwa pembangunan SDM amatlah penting. Pasalnya, Indonesia akan memasuki bonus demografi pada 2030 mendatang, yakni jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun) lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk non-produktif (usia di bawah 15 tahun dan di atas 65 tahun).

 

Pada momen inilah, Jokowi mengharapkan pendidikan vokasi akan melahrikan SDM yang berkualitas dan siap bersaing. “Supaya bonus demografi bisa kita manfaatkan, maka kuncinya adalah langkah perbaikan, reformasi di pendidikan, dan pelatihan vokasi yang dilakukan secara terpadu dan terintegrasi,” tegasnya.

 

Alhasil, seiring salah satu program prioritas nasional untuk menggenjot pembangunan SDM, pemerintah melalui Kemendikbud secara resmi membentuk Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi pada 27 Desember 2019 lalu. Hal tersebut seiring dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2019 tentang Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dengan perubahan adanya Ditjen Pendidikan Vokasi di Kemendikbud.

 

Seiring dengan keinginan Jokowi, di sela-sela pertandingan Dirjen Wikan juga selalu menekankan pentingannya pembangunan SDM. “Dalam membangun vokasi, langkah pertama adalah membangun SDM, baru gedung dan alatnya,” ujarnya.

 

Selain itu, bersinergi dengan dunia kerja dan industri juga harus diterapkan. “Sesuai arahan Mas Menteri (Mendikbud, red) harus bersinergi erat dengan industri dan dunia kerja, ‘link and match’. Jadi, SMK, kampus vokasi, serta lembaga pelatihan keterampilan di Indonesia harus 'menikah' dengan industri atau dunia kerja, sebagai user lulusan,” terang Wikan.

Selamat Ulang Tahun Pertama Ditjen Pendidikan Vokasi! Vokasi Kuat, Menguatkan Indonesia... (Diksi/DN/AP/GS)