Serapan Lulusan LKP 75 Persen, Bukti "Link and Match" Telah Berjalan

Serapan Lulusan LKP 75 Persen, Bukti "Link and Match" Telah Berjalan

Jakarta, Ditjen Diksi - Selaras dengan lembaga pendidikan formal yaitu sekolah menengah dan pendidikan tinggi vokasi, lembaga kursus dan pelatihan pun nyatanya telah banyak melakukan “link and match” bersama industri.  Hal tersebut tercermin kala kunjungan Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Kemendikbud Wikan Sakarinto yang didampingi oleh Direktur Kursus dan Pelatihan Wartanto ke Baba Studio, Puspita Martha, dan LP3I di Jakarta pada Rabu (5/8).

Lembaga kursus yang pertama kali disambangi, yaitu Baba Studio yang menyelenggarakan kursus website, digital marketing, dan bisnis online. Lembaga ini nyatanya telah melakukan kerja sama dengan beberapa industri dengan cukup kuat hingga menghasilkan serapan lulusan mencapai 75 persen. Ditambah lagi, pihak industri sendiri juga ikut berperan aktif pada proses pembelajaran peserta didik untuk menjadi instrukturnya.

Setelah itu Wikan beserta rombongan mendatangi Sekolah Kecantikan Puspita Martha. Menyoal prestasi, lembaga yang memiliki tiga program pendidikan, yaitu school of make up, school of hairdressing, dan school of beauty aesthetic & spa, ini pun tidak diragukan lagi karena telah memiliki sertifikasi bertaraf internasional. Meski lulusannya yang terserap dunia kerja tercatat hanya sekitar 30 persen, tetapi sisanya berhasil menjadi beautypreneurship yang profesional. Hadirnya para profesional inilah yang nantinya diharapkan turut membuka lapangan kerja bagi orang lain. Alhasil, target sekolah kecantikan yang berdiri sejak 1970-an tersebut yang mengusung tagline “Beautypreneurship” ini dapat tercapai.

Pada kunjungan ketiga, LP3I juga tidak kalah hebatnya. LP3I merupakan lembaga kursus yang sudah bermitra dengan banyak dunia usaha dan dunia industri. Sehingga, lembaga ini turut menjamin lulusannya ditempatkan bekerja sesuai dengan skill dan kebutuhan industri.

Dirjen Wikan pun menegaskan, pendidikan vokasi formal maupun nonformal sama pentingnya untuk bangsa ini. Meski politeknik dan SMK telah banyak menghasilkan lulusan, namun bangsa ini juga membutuhkan banyak lulusan training center yang terserap di dunia kerja. Karenanya, program “link and match” bukan hanya dilakukan di politeknik dan SMK, tetapi juga harus ada di lembaga kursus dan pelatihan.

“Mari kita bikin Indonesia ini terbuka mata dan hatinya dengan kehadiran training center yang memang sudah baik dan profesional. Dengan lembaga training yang dikelola dengan baik dan profesional, pasti akan bisa menciptakan SDM yang kompeten,” tutur Wikan. (Diksi/RA/AP/AS)