SMK PK Siap Rilis Pertengahan Februari 2021

Jogjakarta, Ditjen Diksi –  Sebagai salah satu satuan pendidikan vokasi, sekolah menengah kejuruan (SMK) memiliki peran penting sebagai penyumbang lulusan pendidikan yang harus menghasilkan tenaga kerja kompeten guna menunjang perekonomian negeri ini. Tercatat, total SMK yang ada di Indonesia saat ini berjumlah 14.186 sekolah, yang sekitar 74 persennya didominasi oleh sekolah swasta sebanyak 10.551 sekolah.

Karenanya, Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi telah menyiapkan salah satu program strategisnya pada 2021 ini, yakni dengan merilis program Sekolah Menengah Kejuruan Pusat Keunggulan (SMK PK) sekitar pertengahan Februari 2021 mendatang.

“SMK PK termasuk dalam salah satu program unggulan. Ini akan menjadi ‘Merdeka Belajar’ yang ke-8. Proses penyiapan pun sangat detail karena menyangkut 1,5 juta lulusan SMK di Indonesia, baik yang bekerja, melanjutkan ke perguruan tinggi maupun wirausaha, yang semuanya harus ‘link and match’ dengan dunia usaha dan indutri,” terang Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Wikan Sakarinto saat Sosialisasi Pendampingan Perguruan Tinggi untuk Program SMK PK di Jogjakarta (5/2).

SMK PK sendiri merupakan upaya pengembangan SMK dengan program keahlian tertentu agar mengalami peningkatan kualitas dan kinerja, yang diperkuat melalui kemitraan dan penyelarasan dengan DUDI, serta menjadi SMK rujukan dan pusat peningkatan kualitas dan kinerja SMK lainnya. Program ini berfokus pada pengembangan SDM SMK dengan paradigma baru yang terintegrasi untuk bisa mengimbas ke sekolah lain dengan insentif bantuan fisik maupun nonfisik. Adapun kriteria seleksi SMK PK mencakup sektor prioritas permesinan dan konstruksi, ekonomi kreatif, hospitality, dan care services, serta prioritas lain berupa kerja sama luar negeri, KEK, maritim, dan pertanian.

Program ini juga bakal menyelenggarakan pelatihan kepala sekolah, pelatihan guru kejuruan, pelatihan kurikulum (pembelajaran dengan paradigma baru sesuai kebutuhan DUDI), pelatihan digitalisasi sekolah, serta pendampingan pengembangan ruang lingkup kerja sama DUDI. SMK PK sendiri diketahui merupakan kelanjutan dari program sebelumnya, yakni SMK Center of Excellence (CoE) dan Revitalisasi SMK. “Satu aspek yang belum selesai adalah kampus pendamping. Inilah yang menjadi pembeda dengan SMK CoE,” jelas Wikan.

PT Jadi Pendamping

Wikan menambahkan, tercatat 491 SMK yang menjalankan program SMK CoE sepanjang tahun lalu. “Tahun ini CoE menjadi SMK PK. Karenanya, kita harus menemukan pendidikan tinggi vokasi yang mau dan mampu menjadi pendamping. Tahun ini juga kami ingin memastikan 900 SMK (termasuk 491 SMK CoE) yang mendapat support program SMK PK harus punya kampus pendamping untuk memastikan menemukan industri,” tuturnya.

Nantinya, jelas Wikan, SMK bisa menjadi workshop-nya perguruan tinggi vokasi, bisa menjadi SMK fast track, serta mengerjakan riset terapan secara bersama-sama. “Jadi, inilah yang menyatukan pendidkan vokasi, yakni dengan memperkuat perencanaan dan pengelolaan program SMK,” ujarnya.

Selain itu, SMK PK nantinya juga tidak hanya akan maju atau unggul sendiri, melainkan menjadi pusat untuk menggerakkan SMK sekitarnya menjadi lebih baik. “Jadi, akan ada 900 SMK yang membina SMK-SMK lainnya,” jelas Wikan.

Pada sosialisasi tersebut, Wikan juga menjelaskan kriteria kampus pendamping maupun syarat pendampingan yang memiliki jangka waktu maksimal tiga tahun, serta bersedia membina SMK di seluruh Indonesia. Tak ketinggalan, “Pelatihan yang dilakukan Direktorat Mitras DUDI terhadap calon SMK PK akan dibantu oleh tujuh Balai Besar yang bernaung di bawah Ditjen Pendidikan Vokasi, yang berkolaborasi dengan pihak industri,” pungkasnya. (Diksi/AP)