Gencarkan Kolaborasi dengan Industri, Kurikulum Merdeka Tingkatkan Pembelajaran di SMK

Gencarkan Kolaborasi dengan Industri, Kurikulum Merdeka Tingkatkan Pembelajaran di SMK

Jakarta, Ditjen Vokasi - Lebih dari 300 ribu satuan pendidikan telah menerapkan Kurikulum Merdeka secara sukarela sejak tahun 2020, tak terkecuali sekolah menengah kejuruan (SMK). Kurikulum Merdeka ini merupakan strategi yang diambil oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) mendorong peningkatan kualitas pembelajaran bagi semua murid.


Dalam kegiatan Peluncuran  Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Permendikbudristek) Nomor 12 Tahun 2024 tentang Kurikulum pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, dan Jenjang Pendidikan Menengah, Direktur Jenderal (Dirjen) Pendidikan Vokasi, Kiki Yuliati, menyampaikan transformasi pendidikan melalui Kurikulum Merdeka.


“Melalui kebijakan Merdeka Belajar, kita wujudkan sekolah yang kita cita-citakan, yaitu sekolah yang menumbuhkan kompetensi dan karakter semua murid,” ungkap Dirjen Kiki dalam sambutannya pada Rabu (27-03-2024).


Dijelaskan lebih lanjut dalam Konferensi Pers, Dirjen Kiki menyampaikan bahwa Kurikulum Merdeka telah membantu banyak SMK untuk melakukan transformasi pendidikan yang lebih masif. Menurut Dirjen Kiki, implementasi Kurikulum Merdeka di satuan pendidikan vokasi, khususnya di SMK memiliki ruang gerak yang sangat besar bagi sekolah untuk menyesuaikan pembelajaran tingkat sekolah.



“Bentuk keleluasaan itu salah satunya adalah dengan berkolaborasi bersama industri yang sedang dijalani,” tutur Dirjen Kiki. 


Sebagai contoh, Dirjen Kiki mengilustrasikan di beberapa SMK terdapat konsentrasi keahlian otomotif. Namun, kedua SMK tersebut tentunya memiliki perbedaan industri sehingga implementasi pembelajarannya pun tidak akan sama. Misalnya, ada SMK yang berkolaborasi dengan industri otomotif listrik, tetapi ada juga SMK yang melakukan kerja sama di bidang otomotif konvensional.


Dirjen Kiki menambahkan, “Sekolah atau guru dapat dengan mudah menyesuaikan pembelajaran siswanya sesuai dengan mitra industri.” 


Kurikulum Merdeka dalam pembelajaran di SMK pun membangun kepercayaan industri-industri sehingga lulusan memiliki kompetensi yang sesuai dengan standar industri. Peran ini sangat menjawab tantangan industri yang membutuhkan tenaga kerja kompeten sesuai dengan berbagai macam bidang industri. 


Dalam memfasilitasi SMK untuk menerapkan Kurikulum Merdeka, Dirjen Kiki menyebutkan terdapat langkah-langkah yang ditempuh oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi. Salah satunya adalah dengan peningkatan kompetensi guru di balai-balai vokasi sebagai unit pelaksana teknis.


“Kami memiliki balai-balai vokasi sesuai bidang yang mendukung penerapan Kurikulum Merdeka,” ungkap Dirjen Kiki.


Balai-balai vokasi tersebut pun tidak hanya mendorong kompetensi guru dalam implementasi Kurikulum Merdeka, tetapi juga menjadi fasilitator yang menghubungkan industri dengan satuan pendidikan vokasi di SMK. Dengan langkah tersebut, Kurikulum Merdeka di SMK akan memberikan dampak yang besar pada pembelajaran yang berpusat pada murid dan memudahkan guru. (Zia/Cecep)