Atasi Penyusutan Bobot Sapi, Politeknik Pertanian Negeri Kupang Ciptakan Formulasi Pakan Konsentrat

Atasi Penyusutan Bobot Sapi, Politeknik Pertanian Negeri Kupang Ciptakan Formulasi Pakan Konsentrat

Kupang, Ditjen Vokasi – Nusa Tenggara Timur (NTT) tidak hanya terkenal dengan potensi sumber energi cahaya mataharinya, tetapi juga kaya akan penghasilan ternak sapinya. Setiap tahunnya, sekitar 50.000 hingga 64.000 ekor sapi dikirim dari NTT ke Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi.


Besarnya jumlah sapi yang dikirim harusnya berpengaruh pada tingkat kesejahteraan peternak sapi di NTT. Akan tetapi, pada faktanya sapi-sapi yang dikirimkan dari NTT ke luar pulau ini mengalami penyusutan hingga 10% dari berat badan awal. Penyusutan Ini dikarenakan proses pengiriman yang memakan waktu lama. Apabila dihitung dari 60 ribu ekor sapi dengan rata-rata bobot 300 kg bobot awal dengan tingkat penyusutan 10% dan harga per kg berat hidup 39.500 maka kerugian ekonomi yang dialami oleh peternak sapi setiap tahunnya akibat aktivitas transportasi tersebut mencapai 40—123 miliar.


“Penyusutan ini yang menanggung ruginya itu para peternak. Akan tetapi, mereka tidak menyadari bahwa kerugian yang mereka alami bisa sebesar ini,” ucap dosen Jurusan Teknologi Pakan Ternak, Politeknik Pertanian Negeri Kupang, Aholiab.


Salah satu penyebab bobot sapi mengalami penyusutan ialah rasa stres yang dirasakan dan kurangnya asupan nutrisi yang diperoleh sapi selama perjalanan. Menurut Aholiab, kebutuhan protein kasar yang diperlukan oleh sapi selama perjalanan mencapai 12%. Akan tetapi, jumlah protein kasar yang didapatkan dari formula pakan biasanya hanya mencapai 2% saja. 



Oleh karena itu, untuk membantu para peternak sapi di NTT agar tidak mengalami kerugian terus-menerus, Aholiab pun melakukan terobosan terbaru, yakni membuat formulasi pakan konsentrat untuk ternak sapi. Formulasi ini terdiri atas tiga tumbuhan, yakni gamal, lamtoro, dan daun kelor.


Ketiga formasi tumbuhan tersebut dipilih karena setelah dilakukan uji kandungan telah memenuhi 12% protein kasar yang dibutuhkan oleh sapi selama perjalanan dan mampu menekan penyusutan hingga 5%. Selain itu, ketiga tumbuhan tersebut juga mudah dicari karena sangat melimpah di wilayah NTT.


“Alam kita ini sudah menyediakan bahan-bahan yang pastinya bermanfaat, misalnya kelor. Sekarang kelor ini banyak diekspor ke luar negeri karena kandungannya yang baik untuk manusia, kenapa kita tidak olah sendiri untuk kemaslahatan masyarakat dalam negeri. Apalagi setelah Presiden RI, Joko Widodo melarang kita mengekspor barang mentah,” ucap Aholiab.


Setelah daun dari ketiga tumbuhan tersebut dipanen lalu dikeringkan dan dihaluskan hingga menjadi tepung konsentrat baru kemudian dicetak hingga menjadi pelet. Cara kerja formula pakan konsentrat ini ialah sapi diberi makan dengan bahan makanan seperti biasa yakni jagung dan dedak yang telah dicampurkan dengan 0,5 hingga 2% konsentrat per hari.


Dengan pemberian pakan konsentrat ini kelipatan bobot sapi yang diperoleh bisa mencapai 3 hingga 4 kali lipat per harinya.


“Pemberian pakan dengan campuran dedak dan jagung hanya akan menaikkan bobot sapi 200 gram per harinya. Itu artinya setiap 5 hari sekali satu ekor sapi naik 1 kg. Kemudian kalau kita kasih campuran konsentrat setiap satu ekor sapi akan mengalami peningkatan bobot 3—4 kali lipat per hari sehingga untuk menaikkan bobot hingga satu kg itu hanya makan waktu 2 hari saja,” ucap Aholiab. 



Formulasi pakan konsentrat ini sudah dibuktikan di beberapa tempat. Salah satunya adalah di Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Penelitian, NTT. Hasilnya setelah pakan ternak dicampur dengan konsentrat bobot sapi naik lebih cepat. 


Setelah melewati uji coba yang panjang, inovasi ini kemudian disosialisasikan kepada pemerintah dan masyarakat setempat. Setelah peralatan pembuatan konsentrat ini memadai maka rencana yang akan dilakukan ialah memproduksi pakan konsentrat dengan skala besar. Harapannya dengan adanya pakan konsentrat ini akan menekan penyusutan bobot selama perjalanan sehingga dapat mengecilkan angka kerugian yang diterima oleh peternak sapi di NTT. (Aya/Cecep)